Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Buruh Migran Ilegal di Arab Saudi, Harus Dipenjara demi Bisa Pulang

Kompas.com - 05/04/2023, 16:11 WIB
Hadi Maulana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com– Meski sakit bahkan nyaris kehilangan nyawa, tapi tidak sedikit orang yang memilih mengadu nasib untuk bekerja di luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia.

Seperti yang dialami Raja Hasmidah atau yang akrab disapa Awe, seorang pekerja migran non-prosedural yang diperkerjakan di Arab Saudi

Dia terpaksa harus mendekam dipenjara terlebih dahulu sebelum akhirnya dipulangkan ke Tanah Air melalui jalur deportasi.

Tidak saja di Penjara, bahkan selama bekerja di Arab Saudi lebih kurang satu tahun sebagai pembantu rumah tangga, Awe sama sekali tidak pernah mendapatkan gaji, selain honor.

Bahkan Awe bersama pekerja migran lainnya yang berada di Arab Saudi rela kerja apa saja hanya untuk menyambung hiodup.

“Bisa dikatakan, bekerja hanya untuk bisa makan buat sehari-hari, padahal saya melakukan ini, semata-mata alasan ekonomilah, sehingga saya menerima tawaran dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja yang saya dapatkan dari media sosial,” kenang Awe saat ditemui di Shelter Theresia, Kota Batam, Rabu (5/4/2023).

Baca juga: Wakabinda Kepri Cabut Laporan Polisi Terhadap Romo Paschal, Sempat Dituduh Bekingi Sindikat TKI Ilegal

Perempuan asal Kabupaten Natuna ini awalnya menghubungi salah satu perusahaan penyalur buruh migram pada 2021.

Perusahaan itu akhirnya memberikan penawaran pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Arab Saudi dan memfasilitasi keberangkatan Awe dari Batam menuju Arab Saudi via Jakarta.

Setibanya di Jakarta, dia dijemput oleh beberapa orang yang mengaku dari pihak perusahaan.

Dengan transportasi yang telah disediakan, Awe kemudian dibawa ke sebuah kamar kost.

“Sebenarnya saya sudah curiga, kenapa tidak dibawa ke perusahaan melainkan ke kosan. Namun mereka menjawab bahwa perusahaan tutup akibat pandemi Covid-19, hal ini terdengar masuk akal dan saya mengiyakan saja,” cerita Awe.

Dari kosan, kemudian Awe mengaku dipindahkan ke lokasi penampungan yang berada di Jakarta Timur.

Di sana Awe bertemu dengan beberapa calon buruh migran lain dari berbagai daerah di Indonesia.

Awe sendiri mengaku proses keberangkatannya ke Arab Saudi tergolong cepat, jika dihitung dari waktu pengurusan berkas yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Walau demikian, proses pemberangkatannya diakui Awe sangat mencurigakan, termasuk keberangkatan melalui jalur bandara yang tidak disertai dengan visa.

“Saya pikir langsung diterbangkan ke Arab, rupanya kami menuju Dubai terlebih dahulu. Di sana lagi-lagi kami ditempatkan di lokasi penampungan yang berada di Yordania," papar Awe.

Baca juga: 30 TKI Disekap, Disiksa, dan Dijual di Myanmar: Kami Tak Sanggup Lagi, Mohon Bantu Kami Pak Jokowi

Awe kemudian menggambarkan kondisi memprihatinkan yang disaksikannya saat tiba di lokasi penampungan ini.

Ada wanita yang sudah berusia lanjut, ada yang hamil, dan beberapa yang memang kondisinya memprihatinkan karena stres akibat tidak bisa pulang.

“Mirisnya lagi, dari mereka hanya sedikit yang punya paspor,” cerita Awe.

Selama empat minggu berada di lokasi penampungan ini, Awe juga menceritakan mengenai bentuk kekerasan fisik, maupun kekerasan seksual yang dihadapi oleh para pekerja di lokasi penampungan.

Bahkan para perempuan dari Indonesia ini, kerap dianggap sebagai piala untuk diperebutkan oleh pengurus penampungan tempatnya berada.

“Hampir setiap malam beberapa Tenaga Kerja Wanita (TKW) dipanggil keluar ruangan, dan kemudian kembali lagi setelah tengah malam. Dari sana saya mendengar cerita bahwa TKI dari Indonesia, seperti trophy di sana,” ungkap Awe.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Regional
Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Regional
ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

Regional
Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Regional
Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Regional
Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Regional
Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Regional
BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

Regional
Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Regional
Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Regional
Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com