MAKASSAR, KOMPAS.com - Shafana Hidayah Salamah M dan Shafina Hidayah Salamah M, dua anak kembar berusia 2 tahun 4 bulan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengelami stunting.
Namun tinggi badannya saat ini sekitar 70-an sentimeter. Sang kakak Shafana memiliki tinggi badan 78,5 sentimeter dan adiknya Shafina 79 sentimeter dengan masing-masing memiliki berat badan 9 kilogram.
Stunting sendiri merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
Baca juga: Gibran Targetkan 2024 Solo Bebas Stunting
Saat KOMPAS.com, menemui mereka di kediamannya di Jalan Tidung Mariolo 1 No 8A Makassar RT 01/RW 08, Minggu (2/4/2023) pagi. Keduanya tampak rewel, sesekali mereka minta digendong oleh ibunya, Siti Darmawati (30). Saat Shafana digendong Shafina pun minta digendong oleh ibunya.
Mungkin karena kembar jadi apa-apa harus diperlakukan sama. Apalagi saat ditemui mereka pun tampak mengenakan pakaian couple atau seragam, yakni sama-sama memakai baju biru bergambar Minnie Mouse, celana motif kotak hitam putih dengan gaya rambut kuncir 2 atau pigtail.
Siti Darmawati yang mengenakan mukena coklat pun tampak kerepotan mengurus kedua anak kembarnya itu. Apalagi di usianya saat ini mereka lagi aktif-aktifnya.
Perempuan akrab disapa Darma ini mengaku Shafana dan Shafina memiliki dua orang kakak, semuanya perempuan. Anak pertamanya umur 11 tahun dan yang kedua umur 5 tahun. Saat menikah usia kala itu masih tergolong muda yakni 19 tahun.
Untuk kondisi anak kembarnya, Darma menceritakan berat badan Shafana dan Shafina saat lahir berada diangka 2 kilogram. Shafana beratnya 2,2 kilogram sedangkan Shafina 2,4 kilogram. Saat usia 1 bulan berat badannya normal sekitar 1 kilogram.
"Nanti bulan kedua sudah menurun dari 1 kg sampai sekarang, saat ditimbang kadang cuma naik 100-200 gram kadang juga beratnya tetap atau tidak naik," ucap Darma sambil sesekali menggendong anak kembarnya.
Perempuan yang berprofesi sebagai guru Taman Kanak-kanak (TK) di Insan Harapan Semesta mengatakan hanya sesekali membawa anak kembarnya ke Posyandu. Itupun dibawa ketika ada yang menemaninya sebab ia mengaku kewalahan jika datang sendiri.
"Jarang saya bawa ke Posyandu karena, biasa saya bawa kalau ada temani saya. Kalau ipar datang ke sini biasa dia bantu, atau suami yang tidik pergi kerja dia bantu saya kalau mereka tidak ada saya tidak bawa (ke Posyandu) tapi kalau Imunisasinya lengkap semua," ujarnya.
Namun, Darma mengaku setiap tanggal 5 ke posyandu namun jika tak sempat ke posyandu, biasanya kader posyandu yang mengujunginya untuk mengecek kondisi anak kembarnya. "Pihak posyandu aktif datang kalau saya tidak sempat ke posyandu, kadang sore atau besok hari ke sini," ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, anak kembarnya, Shafana dan Shafina bahkan sempat divonis menderita gizi buruk oleh pihak Puskesmas Kassi-Kassi.
"Sempat dikatakan gizi buruk karena di bawah garis merah," tandasnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi, karena Darma merupakan keluarga yang terbilang tidak mampu, bekerja sebagi guru TK dengan gaji 300 ribu perbulan dan sang suami yang berprofesi sebagi kurir paket kadang hanya membawa uang 100 ribu perhari itupun jika paket yang diantarnya.