SEMARANG, KOMPAS.com - Daycare Rumah Pelita di Manyaran, Kota Semarang mengasuh sebanyak 12 anak balita stunting untuk perbaikan pemenuhan gizi.
Lana Muthia Thaher dan Azizah mejadi pengasuh yang merawat belasan anak itu sejak awal daycare dibuka pada Februari lalu. Sebanyak tiga anak telah dinyatakan sembuh dari stunting setelah diasuh di sana selama sebulan.
Keduanya memahami, bila para orangtua balita stunting seringkali berasal dari warga miskin yang memang tak mampu mencukupi kebutuhan makanan bergizi bagi anaknya.
Baca juga: BKKBN Sebut Stunting Bisa Terjadi di Perkotaan, Ini 3 Penyebabnya
Sebagian lainnya berasal dari orangtua pekerja keras yang tak mampu merawat anaknya dengan intens. Sehingga meski mampu menyukupi makanan bergizi, mereka tidak sempat mengasuhnya karena ditinggal bekerja.
“Di Manyaran ada 30 anak stunting, tapi yang dititipkan di sini hanya dua anak,” ungkap Lana kepada Kompas.com, Senin (3/4/2023).
Di samping kuota penitipan anak terbatas, masih banyak orangtua yang merasa tidak perlu uluran tangan dari Pemkot Semarang untuk memperbaiki gizi anaknya yang stunting.
“Ada sebagian orangtua yang enggak mau dibantu karena merasa anaknya biasa aja. Mereka takut dan minder dengan orang sekitar kalau mengakui anaknya stunting, karena ia seakan disalahkan atas kondisi anaknya,” katanya.
Stigma negatif mengenai anggapan anak stunting yang kurang gizi kerap kali memojokkan sang ibu. Seolah-olah ibu telah gagal dalam mengasuh anak.
Pandangan tersebutlah yang justru tidak membawa kebaikan apapun bagi sang anak. Menurut Lana, mestinya masyarakat sekitar turut membantu dan mendukung para orangtua untuk memperbaiki gizi anak-anak stunting.
Baca juga: 5.660 Anak di Bandung Alami Stunting di 2022, Turun 7 Persen Dibanding 2021
“Ada juga yang memang belum tahu layanan daycare Rumah Pelita ini karena memang masih baru,” lanjut Lana.
Dengan berbagai program, daycare tersebut lebih banyak memberikan asupan makanan dan minuman bergizi ketimbang kegiatan bermain. Kemudian istirahat atau kebutuhan tidur anak yang cukup.
Dengan itulah kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi terserap ke tubuh. Pihaknya berharap pelayanan gratis dari pemkot itu dapat dirasakan semua anak stunting di Semarang hingga tercapai nol stunting.
“Iya kita harapannya setiap bulan sudah ada yang lulus (sembuh) biar bulan berikutnya bisa gentian dengan anak-anak stunting lainnya di Semarang. Karena di luar Manyaran masih ada banyak lho,” ungkapnya.
Kompas.com berhasil mewawancarai salah satu orangtua balita stunting di sana yang bernama Ulfa (28). Sehari-hari ibu dari lima anak itu bekerja sebagai perosok bersama suaminya.
Sebelum menemukan daycare Rumah Pelita, biasanya Ulfa membawa dua anaknya yang berusia 4 tahun dan 1,7 tahun bekerja mencari rosok.
Baca juga: Kasus Stunting Tertinggi di Jabar, Kenapa Sumedang Bisa Jadi Daerah dengan Penanganan Terbaik?