Maraknya fenomena gangster yang melibatkan anak juga mendapat perhatian dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sumbawa.
Menurut Sekretaris LPA Fatriatulrahma mengatakan, fenomena itu harus menjadi atensi semua pihak. Seluruh pemangku kepentingan, kata Atul, memiliki peran yang sama dalam kasus itu.
"Jika ada korban, seringkali kita cari kesalahan aparat keamanan padahal itu lintas sektor berperan," ujar Atul saat dikonfirmasi, Kamis.
Atul menegaskan, menjaga keamanan dan ketertiban bukan hanya tugas polisi dan Satpol PP, tetapi juga dinas, perangkat desa, hingga orangtua.
"24 jam pascaanak panah nyasar menelan korban, tetapi kita belum tahu pelakunya. Ini ada yang mesti diputuskan mata rantai gangster itu karena gampang pelaku melarikan diri," kata Atul sapaan akrab aktivis perempuan ini.
Baca juga: Viral Video 5 Orang Dikeroyok Anggota TNI di Sumbawa, Danrem 162/WB: Selidiki Tuntas
Ia meminta orangtua memantau aktivitas anak saat di dalam atau luar rumah.
"Saya kerap bertanya pada Anak yang berhadapan dengan hukum, apa yang terjadi? Dan selalu ada masalah yang tidak selesai baik di ramah personal, keluarga maupun lingkaran pertemanan anak itu," ungkap Atul.
Fenomena genkster bukan hanya karena viral atau tren di kalangan Gen Z, namun bisa jadi ada masalah yang tidak selesai, sehingga anggotanya mencari aktualisasi untuk membalas kepada semua anggota genk.
Memberlakukan jam malam yaitu pukul 9 malam kepada anak itu harus sebagai konsekuensi Kabupaten Layak Anak, agar anak terlindungi dan tidak menghabiskan waktu di luar saat malam hari.
"Dalam bahasa Sumbawa pesan kepada orangtua bahwa na beri anak lamen no pedi artinya jangan hanya menyayangi anak tetapi harus peduli dan mengasihinya," pesan Atul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.