Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indahnya Kebersamaan Antaretnis pada Cap Go Meh 2023 di Padang

Kompas.com - 06/02/2023, 21:12 WIB
Perdana Putra,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Sejarah Keberagaman

Ahli Sejarah Universitas Andalas, Gusti Asnan menyebutkan, keberagaman etnis di Padang terjadi sejak abad ke-17 ketika Padang menjadi jalur perdagangan internasional.

Saat itu Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) masuk ke Padang dan kemudian mengundang orang-orang China datang.

Mereka kemudian berbaur dengan warga Minangkabau dan juga etnis Nias yang datang ke Padang.

"Itu terjadi sekitar tahun 1660 saat Padang jadi jalur perdagangan internasional," kata Gusti.

Karena menjadi jalur perdagangan, menyebabkan banyak orang-orang asing juga datang seperti Inggris, Jerman, Prancis, Arab, dan India.

Pada abad ke-19, ketika Belanda menguasai Indonesia, mereka semakin banyak mendatangkan orang-orang Tionghoa dan etnis lainnya seperti Jawa, Bugis, dan Madura.

Etnis Jawa dan Bugis didatangkan lebih banyak sebagai tentara Belanda.

Pada tahun 1850, Belanda menata Padang dengan memberikan permukiman bagi etnis-etnis yang ada.

"Maka muncul nama-nama seperti Kampung Cina, Kampung Nias, Kampung Jawa, Kampung Keling dan ada juga Kampung Bugis," jelas guru besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas itu.

Pada tahun 1870, Padang menjadi kota sejahtera. Kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis itu hidup secara berdampingan dan saling membutuhkan.

"Mereka hidup rukun dan saling membutuhkan. Hampir tidak ada gesekan," kata pria berumur 60 tahun itu.

Hingga sekarang, kata Gusti, kampung-kampung itu masih ada kecuali Kampung Bugis di belakang Tangsi yang sudah hilang.

"Kampung Bugis sudah hilang karena etnisnya sudah banyak yang pergi dari Padang," ujar Gusti.

Keberagaman semakin bertambah, dengan masuknya etnis Batak dan Mentawai pada abad ke-20.

"Jadi banyak etnis yang hidup di Padang saat ini. Mereka hidup berdampingan," kata Gusti.

Toleransi tinggi

Wali Kota Padang, Hendri Septa menyebut, masyarakat Padang yang majemuk sudah lama hidup berdampingan.

Hal itu dikarenakan tingginya tingkat toleransi antar etnis sehingga jarang terjadi gesekan.

"Mereka sudah lama hidup berdampingan dengan tingkat toleransi yang tinggi. Sejak Orde Baru berakhir, hampir tidak ada gesekan yang muncul," kata Hendri.

Semua itu, kata Hendri, dibuktikan dengan adanya permukiman antar etnis yang hidup rukun.

"Ada namanya kampung Cina, Kampung Jawa, Kampung Nias, Kampung Keling. Semuanya hidup rukun. Hari ini dibuktikan mereka bisa berbaur dalam acara Cap Go Meh ini," jelas Hendri.

Gong Xi Fa Cai. Selamat Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com