Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Wujudkan Visi Kota Bebas Stunting, TP-PKK Banjarmasin Canangkan Kampung KB dan Program Dashat

Kompas.com - 06/01/2023, 17:53 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Banjarmasin mencanangkan program Kampung Keluarga Berencana-Kampung Baiman (KKB-KB).

Pencanangan program tersebut bertujuan untuk mewujudkan visi Kota Banjarmasin yang Baiman dan lebih bermartabat. Oleh karenanya, diperlukan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang dimulai dari kampung.

Ketua TP-PKK Kota Banjarmasin Siti Wasilah mengatakan, pembentukan Kampung KB bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang setara melalui program kependudukan.

Ia mengungkapkan bahwa Kota Banjarmasin saat ini telah memiliki 31 KKB-KB.

“Kami berharap dengan peresmian Kampung KB itu, maka hendaknya kinerja serta upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas dan sejahtera terus meningkat,” ujar Siti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (6/1/2022).

Baca juga: Tinjau Program Kampung KB di Badung, Menko Puan Bagikan KIS dan KIP

Ia menjelaskan, Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) guna memberikan kemudahan pelayanan untuk masyarakat.

Hal itu, kata Siti, merupakan wujud tanggung jawab bersama dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan menyambut bonus demografi.

“Jangan sampai para generasi penerus Kota Banjarmasin terkena stunting dan mengalami gangguan tumbuh kembang pada tubuh dan otak, karena kurangnya gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK),” jelasnya.

Program Kampung KB, lanjut Siti, tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kampung, tetapi juga mendukung pembangunan keluarga berencana serta sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

Menurutnya, keberhasilan Kampung KB berasal dari komitmen pemerintah daerah (pemda) dan pengelolaan program.

Baca juga: 7 Kesalahan dalam Mengonsumsi Buah yang Bisa Merusak Program Diet

Selain itu, pemda juga harus bisa mengoptimalkan pemanfaatan data dalam mengetahui peta masalah dan potensi kelurahannya.

“Kampung KB merupakan suatu wilayah setingkat rukun warga (RW), dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu wilayah tertinggal, terpencil, dan terbatas,” jelas Siti.

Dalam wilayah itu, imbuh dia, terdapat keterpaduan program kependudukan, keluarga berencana. dan pembangunan keluarga, serta sektor terkait yang dilaksanakan secara sistemik dan sistematik.

Luncurkan program Dashat

Selain Kampung KB, Siti mengatakan, TP-PKK Kota Banjarmasin juga telah meluncurkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

“Program Dashat diharapkan mampu mengubah pola perilaku masyarakat, dalam penyiapan gizi seimbang yang dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga,” ucapnya.

Baca juga: Berikut Cara Menghitung Berat Badan Ideal Menurut Ahli Gizi

Siti menjelaskan, keberadaan program Dashat diperuntukan kepada empat pihak.

Pertama, masyarakat atau keluarga berisiko stunting, masyarakat penerima, dan pelaksana Dashat. Kedua, dunia usaha, donatur, dan berbagai profesi seperti gizi, bidan, dokter, hingga perguruan tinggi.

Ketiga, kader penggerak pos pelayanan terpadu (posyandu), kader PKK, Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) atau sub, dan kader lainnya. Keempat, pemda, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pendamping, dan penyuluh.

Pencanangan Kampung KB dan Launching Daput Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah

DOK. Humas Pemkot Banjarmasin Pencanangan Kampung KB dan Launching Daput Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah

“Pelaksanaan Dashat ini dilakukan oleh kader posyandu, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) atau sub PPKBD, tokoh masyarakat, dan PKK,” ujar Siti.

Para pelaksana tersebut, lanjut dia, mempunyai tanggung jawab mengolah bahan makanan menjadi makanan siap saji yang selanjutnya akan didistribusikan kepada anak-anak stunting atau keluarga berisiko stunting.

Siti berharap, program Dashat bisa memenuhi kebutuhan gizi anak stunting, ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga risiko stunting.

Baca juga: Lewat Petrofin Journalist Academy, EPN Kenalkan Siswa SMA di Medan soal Pengetahuan Jurnalistik

Selain itu, ia berharap, adanya pengetahuan dan keterampilan penyiapan pangan mampu memberikan pangan sehat dan bergizi menggunakan sumber daya lokal.

“Terakhir, (saya ingin) Dashat bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga lewat keterlibatannya dalam kelompok usaha keluarga atau masyarakat yang berkelanjutan,” imbuh Siti.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, Dashat merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting.

Keluarga berisiko stunting tersebut, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, bawah dua tahun (baduta) atau bawah lima tahun (balita) stunting, terutama dari keluarga kurang mampu.

Adapun pemenuhan gizi seimbang itu dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya lokal (termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumber daya atau kontribusi dari mitra lainnya.

Baca juga: [POPULER EDUKASI] Jurusan Hukum Akreditasi Unggul | Waspadai Gejala Stroke jika Alami Ini

Kegiatan Dashat sendiri mencakup edukasi perbaikan gizi dan konsumsi pangan ibu hamil, ibu menyusui, serta balita. Dalam hal ini, masyarakat akan diberi sosialisasi terkait pangan lokal yang terjangkau, bercita rasa, dan bergizi.

”Kami berharap, Dashat ini harus diwujudkan sebagai bentuk kepedulian antarsesama, kepedulian terhadap persiapan generasi berkualitas di masa datang, dan tentunya juga sebagai upaya peningkatan ekonomi keluarga,” ucap Siti.

Program Dashat, lanjut dia, diimplementasikan dengan Kayuh Baimbai dan menerapkan asah, asih, serta asuh dalam kemasan delapan fungsi keluarga. Hal ini diterapkan pula pada tataran sosial setingkat kelurahan.

Siti menjelaskan bahwa Dashat memiliki nilai kasih sayang, berbagi dengan sesama, dan menganggap keluarga sasaran menjadi tanggung jawab bersama.

”Tidak hanya nilai kasih sayang, Dashat ini juga diharapkan dapat mengembangkan nilai ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan kelompok pengelola Dashat,” ujarnya.

Baca juga: Penghuni Papan Pencatatan Ekonomi Baru Berpotensi Bertambah

Oleh karenanya, Siti meminta kepada masyarakat dengan kemampuan lebih agar memberikan perhatian dan kasih sayang untuk membantu para keluarga kurang mampu.

Tak hanya keluarga, tetapi juga anak-anak stunting atau keluarga berisiko stunting di sekitar rumah masing-masing agar bantuan tersebut lebih bermanfaat dan bermakna, serta tepat sasaran.

Lanching Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) Kampung Keluarga Berkualitas Kampung Baiman Kelurahan Kuin UtaraDOK. Humas Pemkot Banjarmasin Lanching Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) Kampung Keluarga Berkualitas Kampung Baiman Kelurahan Kuin Utara

Siti meyakini, percepatan penurunan stunting akan terwujud apabila semua pihak terlibat dan peduli terhadap keberlangsungan Dashat sebagai salah satu penanganan stunting di Kota Banjarmasin.

Semua pihak yang dimaksud, mulai dari masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, corporate social responsibility (CSR), hingga dunia usaha.

“Dengan keterlibatan semua pihak baik swasta maupun pemerintah, kami yakin generasi penerus Banua akan lebih baik di masa akan datang,” jelas Siti.

Baca juga: Minum Pil KB tapi Kok Bisa Hamil? Ini Penyebabnya

Ia juga berharap, Kampung KB di Kota Banjarmasin bisa menjadi contoh bagi kelurahan lainnya dalam menjalankan program Dashat.

"Utamanya sebagai upaya mengatasi dan mencegah stunting, perwujudan Kayuh Baimbai, dan juga bentuk kepedulian terhadap generasi emas Kota Banjarmasin," ujarnya.

Apa itu stunting?

Pada kesempatan tersebut, Siti menjelaskan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu cukup lama.

Stunting akan memengaruhi pertumbuhan pada anak, seperti tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya,” ucapnya.

Kondisi tubuh anak yang pendek, lanjut Siti, seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orangtua, sehingga banyak masyarakat hanya bisa menerima tanpa berbuat apa-apa untuk pencegahan.

Baca juga: Mengenal Genetika, Cabang Biologi yang Mempelajari Pewarisan Sifat

Padahal seperti diketahui, kata dia, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang berpengaruh paling kecil bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

”Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting,” ujar Siti.

Upaya tersebut, imbuh dia, bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal. Hal ini juga harus disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Siti menjelaskan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting telah mengamanatkan penetapan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting.

Baca juga: Jokowi Dorong Penerapan Teknologi untuk Turunkan Stunting di Daerah

”Semua sektor harus ikut ambil bagian dalam penanganan stunting ini. Dengan kata lain, mulai tingkat pusat, kabupaten atau kota, sampai ke tingkat RW atau rukun tetangga (RT),” jelas Siti.

Penanganan stunting, sebut dia, bukan hanya menjadi tugas dan beban dari Dinas Kesehatan (Dinkes), tetapi juga tugas semua pihak di luar kesehatan.

Pasalnya, penanganan stunting yang dilakukan oleh sektor nonkesehatan memberikan kontribusi sebesar 70 persen.

Ilustrasi Kejadian Stunting pada anak
DOK. Humas Pemkot Banjarmasin Ilustrasi Kejadian Stunting pada anak

Pencegahan stunting di Indonesia

Pencegahan stunting di Indonesia sendiri telah banyak dilakukan dalam berbagai program dan kegiatan oleh sektor nonkesehatan.

Salah satunya adalah melalui program Dashat yang diluncurkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 20 Oktober 2021.

Baca juga: Ramai soal Usia Ideal Menikah Menurut BKKBN, Apakah Lebih dari Itu Kedaluwarsa?

Pembentukan Dashat merupakan salah satu upaya mencegah stunting lewat kegiatan pemberdayaan masyarakat. Utamanya, dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting.

Pemenuhan gizi seimbang tersebut dilakukan dengan memanfaatkan konsumsi pangan lokal, seperti ikan patin.

Ikan tersebut diketahui mengandung protein tinggi sebesar 15 gram (gr) atau 100 gr, lemak omega-3, serta aneka vitamin dan mineral yang juga berguna untuk menjaga kesehatan otak.

Kandungan gizi pada ikan patin juga dapat mencegah anemia atau kurang darah. Penyakit ini terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah karena tubuh kekurangan asupan zat besi, folat, dan vitamin B12.

Baca juga: Cara Masak Ikan Patin Bumbu Asam Pedas, Bebas Bau

Selain ikan patin, ikan haruan (gabus) juga memiliki manfaat untuk meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pascaoperasi, mempercepat penyembuhan luka luar atau dalam, serta memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak dan ibu hamil.

Ikan gabus kondisi segar atau dengan berat per 100 gr memiliki kandungan nutrisi, seperti protein 16,2 gr, lemak 0, 5 gr, Retinol (Vitamin A) 335 mikrogram (mg).

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com