KOMPAS.com - "Semarang Kaline Banjir...."
Lirik lagu jawa yang berjudul Jangkrik Genggong memiliki arti Semarang sungainya banjir yang membuat ibu kota Jawa Tengah seakan-akan tak bisa dilepaskan dari banjir.
Citra Semarang yang identik dengan banjir seperti yang ada dalam lirik lagu tersebut ingin dihilangkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Hal tersebut disampaikan Ganjar saat meresmikan groud breaking sebagai awal proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur, Kota Semarang pada Jumat (5/1/2018).
“Saya ingin mengilangkan lagu Semarang Kaline Banjir yang sudah seperti lagu yang menjadi ikon kota Semarang yang menceritakan kondisi kota Semarang sekarang. Tetapi dengan adanya rekayasa kanal banjir timur kali ini, banjir tidak akan kemana-mana dan bisa teratasi,” ungkap Ganjar dikutip pada laman resmi milik Pemkot Semarang.
Baca juga: Warga Genuksari Semarang Sebut Banjir Kali Ini Terparah Sepanjang Hidup
Namun banjir terus membayangi Kota Semarang.
Pada Februari 2021, banjir bahkan sempat merendam kantor Pemprov Jateng tempat Ganjar beraktivitas.
Tak hanya kantor Gubernur Jateng, kawasan Simpang Lima Semarang dan sejumlah jalan protokol juga terendam banjir hingga mencapai lutut orang dewasa.
Banjir rob juga melanda kawasan Semarang, Jawa Tengah sejak Senin (23/5/2022). Akibat banjir tersebut, ribuan orang mengungsi dan tak sedikit kendaraan bermotor terendam air.
Pada Senin (23/5/2022), tanggul laut Tambak Mulyo di Kecamatan Tanjung Mas jebol. Sehari setelahnya, pada Selasa(24/5//2022) giliran tanggul Sungai Meduri, Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan juga jebol.
Baca juga: Kaligawe Semarang Masih Direndam Banjir, DPU Buat Tanggul Sementara dan Tetap Kerahkan Pompa
Akhir tahun 2022, Kota Semarang kembali terendam banjir karena intensitas curah hujan yang sangat tinggi sejak Sabtu (31/12/2022).
Akibatnya 146 sekolah di Kota Semarang terendam banjir dan ada 7 sekolah yang siswanya belajar dari rumah.
Sebelumnya pada Kamis (29/12/2022), hujan lebat disertai gelombang tinggi menyebabkan tiga tanggul di kawasan Marina, Semarang jebol.
Akibatnya puluhan rumah di Perum Vila Marina di Tawangsari Semarang pun terendam banjir hingga kedalaman 80 cm. Akibatnya kawasan Marina lumpuh total.
Baca juga: Banjir Semarang 4 Hari Tak Kunjung Surut, Menteri Basuki Turun Gunung
Kota Semarang memiliki beberapa julukan. Salah satunya adalah Venetia van Java atau Venesia dari Jawa karena banyak sungai yang melintas di tengah kota seperti Vensia di Italia.
Selain itu, Kota Semarang juga dijuluki sebagai The Port of Java atau pelabuhannya Jawa yang pernah menjadi slogan untuk pemasaran pariwisata Kota Semarang.
Dikutip dari Buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempoe Doeloe yang disusun oleh Zaenuddin HM, diceritakan asal muasal nama Semarang.
Pada abad 16, Made Pandan, seorang pangeran dan Kesultanan Demak pergi ke daerah baru untuk menyebarkan ajaran agama islam.
Baca juga: Pemkot Semarang Buka Hotline untuk Korban Banjir, Bisa Minta Evakuasi hingga Surat Tanah Hilang
Ia kemudian tiba di daerah Bergota dan mendirikan pesantren dibantu sang putra yang bernama Raden Pandan Arang.
Bergota yang menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Kuno adalah cikal bakal Semarang yang sudah ada sejak abad ke-8.
Kala itu, Bergota (Pragota) adalah sebuah pelabuhan dengan gugusan pulau-pulau kecil. Karena adanya pengendapan, maka gugusan pulau kecil tersebut menyatu dan membentuk daratan baru yang diperkirakan berada di bagian Semarang Bawah.
Di pelabuhan tersebut, Laksamana Cheng Ho bersandar sekitar tahun 1405.
Daerah Bergota semakin subur dan tumbuhlah pohon asam yang tumbuhnya arang (jarang). Lalu daerah tersebut disebut Asem Arang (asam jarang) dan lama kelamaan dikenal dengan sebutan Semarang.
Baca juga: Banjir di Jalan Kaligawe Semarang Mulai Surut, Diperkirakan Sudah Bisa Dilewati Kendaraan Siang Ini
Kawasan itu dipimpin oleh Made Pandan yang memiliki gelar Kyai Ageng Pandan Arang I dan dilanjutkan dengan sang putra yang bergelar Pandan Arang II.
Sang putra dikenal sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II. Di bawah kepimpinannya, Semarang tumbuh dengan pesat.
Pada 2 Mei 1547, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 954 H, Semarang dijadikan setingkat kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya dari Pajang setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga.
Sejak saat itu, 2 Mei ditetapkan sebagai hari jadi Kota Semarang.
Baca juga: Pemkot Semarang Berkolaborasi dengan BBWS Tangani Banjir, dari Tarik Air hingga Bangun Sheet Pile
Kala itu kawasan yang paling parah meliputi komplek Sampangan dan Bongsari.
Hal tersebut dikutip dalam jurnal Banjir Bandang di Kodya Semarang Tahun 1990 yang ditulis Eko Hari Priyanto dan Nawiyanto, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember.
Disebutkan kerugian dari banjir bandang di Semarang yang terjadi pada tahun 1990 mencapai 8,5 miliar. Bahkan ketebalan lumpur sekitar 2-3 meter.
Selain itu disebutkan ada 782 rumah rusak dengan korban belasan jiwa.
Baca juga: Banjir di Jalan Kaligawe Semarang Mulai Surut, Diperkirakan Sudah Bisa Dilewati Kendaraan Siang Ini
Banjir dipicu luapan Sungai Kaligarang yang datang dari arah Gunungpati dan Ungaran. Aliran deras mengaslir ke daerah yang lebih rendah seperti Sampangan, Semarang Selatan dan Bongsari, Semarang Barat.
Banjir yang datang adalah siklus 10 tahunan dan banjir tahun 1990 mengingatkan masyarakat Semarang pada banjir serupa di tahun 1980.
Sementara dalam jurnal Kajian Banjir Rob di Kota Semarang (Kasus: Dadapsari) yang ditulis Lilik Kurniawan disebutkan banjir terutama rob mengancam sekitar 1.346 hektare kawasan di Semarang.
Banjir akan menjadi disaat gaya tarik bulan berada di puncak kekuatannya. Lilik juga menuliskan ada beberapa yang menyebabkan parahnya banjir rob di Kota Semarang.
Yang pertama adalah topografi yang tidak seragam dan membuat kawasan tanah yang jenuh di kawasan pesisir memiliki kemiringan relatif dasar.
Baca juga: 146 Sekolah di Kota Semarang Terendam Banjir, 7 Sekolah Belajar dari Rumah
Penyebab kedua adalah penurunan tanah. Lilik menyebut dari faktor penurunan tanah ada dua teori yang mendukung. Salah satunya adalah groundwater pumping.
Dengan melimpahnya air tawar dalam patahan geologi di perut bumi Kota Semarang, menjadi pendorong industri di kawasan pesisir mengambil air tanah secara terus menerus hingga terjadi penurunan tanah.
Teori selanjutnya adalah beban di atas muka tanah akibat perkembangan kota membuat bagian utara Kota Smearang mempunyai topografi relatif datar dan terus pesat seiring dengan perkembangan kota.
Baca juga: Keberangkatan Kereta Mundur Imbas Banjir Semarang, Penumpang Bisa Refund Tiket hingga H+7
Hal tersebut juga memicu penurunan tanah. Hal lain menyebabkan parahnya banjir rob di Kota Semarang adalah bertambahnya tinggi permukaan laut akibat pemanasan global.
Disebutkan dalam penelitian Puslitbang Permukiman dan Prasarana Wilah, sejak tahun 2002, permukaan air lait di kawasan pesisir Semarang mengalami kenaikan hingga 5 mm setiap tahun.
Penyebab parahnya banjir adalah tingginya sedimentasi akibat perubahan tata guna lahan di Semarang Atas, sampah di dasar sungai, sistem drainase yang tidak tepat/tidak terawat hingga curah hujan dan fenomen alam lainnya yang secara tak langsung memperparah terjadinya banjir rob.
Baca juga: Banjir Semarang Telan 3 Korban Jiwa, Semuanya Tewas Tersengat Listrik
Hingga akhir tahun 2022. Banjir masih rutin menyambangi Kota Semarang dan beberapa wilayah di Jawa Tengah.
Seperti lirik lagu jawa yang dipopulerkan Waldjinah. Semarang Kaline Banjir...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.