Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Natal: Momentum Memperkuat "Tepo Seliro"

Kompas.com - 26/12/2022, 05:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pascareformasi, kawan-kawan kuliah saya yang terbiasa dalam kehidupan yang mengedepankan kelompok menjadi bagian dari berdirinya sebuah partai politik yang eksis hingga kini.

Sementara kami yang masuk kualifikasi “Gubuk Derita” sekarang ini menyebar menjadi pengusaha, jurnalis, dosen, praktisi, polisi, bahkan yang aparatur sipil negara ada menggapai jenjang direktur jenderal (Dirjen) suatu kementerian.

Pascatumbangnya rezim Soeharto, berbagai konflik terbuka yang mendebatkan perbedaan keyakinan muncul ke permukaan.

Kerusuhan Ambon, Konflik etnis di Kalimantan Barat, pembunuhan massal dengan tudingan dukun santet di Banyuwangi, misalnya, menyeruak menjadi noktah hitam dalam perjalanan sejarah bangsa.

Saat kerusuhan Rengasdengklok di Jawa Barat pecah tanggal 30 Januari 1997, saya bersama sejumlah teman pewarta seperti mendiang Najib dari Radio Sonora menjadi jurnalis pertama yang berada di lokasi kerusuhan.

Seperti kerusuhan-kerusuhan bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan) yang lain, saya menjadi saksi kalau kerusuhan Rengasdengklok menjadi amuk massa yang sengaja diletupkan dan dibiarkan aparat ketika itu.

Pengalaman kehidupan saya yang pluralis di Malang, fase transisi kehidupan saat mahasiswa di Jakarta dan Depok serta menjadi jurnalis yang meliput beragam kerusuhan SARA di tanah air mengajarkan betapa indahnya kemajemukan dalam kehidupan.

Toleransi, tenggang rasa, saling menghormati perbedaan keyakinan, rukun dan guyub bersatu adalah hal-hal yang kita rindukan saat ini dan di masa yang akan datang.

Pada zaman globalisasi dan modern sekarang ini, interaksi sosial dan toleransi di masyarakat mulai terkikis.

Kearifan lokal yang merupakan tata cara dalam berinteraksi, yang dapat menjadi pedoman untuk mewujudkan sikap masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai luhur mulai dipertanyakan keberadaannya.

Tepo seliro” yang merupakan salah satu kearifan lokal di masyarakat kita, harus diakui telah lama menjadi pedoman dalam sikap bertoleransi.

Harus diakui, saat ini di sebagian besar masyarakat kita tidak mengenal lagi alih-alih mengimplementasikan “tepo seliro” dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan Natal dari Presiden Jokowi

Perayaan Natal tahun ini begitu spesial mengingat hampir semua gereja di tanah air dipadati jemaat, mirip dengan suasana Natal sebelum pandemi.

Demikian juga, kondusifitas keamanan berjalan baik menjelang dan saat Natal tiba. Berbagai elemen ormas seperti Banser dari Nadhatul Ulama ikut menjaga keamanan pelaksanaan Natal.

Perayaan Natal di Gereja Katedral Kota Bogor, Jawa Barat menjadi heboh saat Presiden Joko Widodo datang “tanpa diundang” untuk ikut mengucapkan selamat perayaan Natal (Kompas.com, 25/12/2022).

Jokowi di atas mimbar gereja berpesan agar kita semua mempererat persaudaraan, memperkuat kerukunan untuk kebangkitan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Selamat Natal, semoga Tuhan memberkati kita semuanya,” ucap Jokowi yang disambut meriah jemaat Gereja Katedral.

Kedatangan Jokowi disambut suka cita karena menjadi Presiden RI pertama yang mendatangi Gereja Katedral Bogor. Gereja Katedral Bogor mulai dibangun Mgr AC Claesens di era Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1896.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com