SUMBAWA, KOMPAS.com- Eli Evi Susanti (29), mengabdi sebagai guru kelas empat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pulau Medang, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Eli yang berasal dari Lombok mengaku sudah dua tahun menjadi guru di Pulau Medang setelah menikah dengan lelaki asal wilayah tersebut. Mengajar di kawasan terpencil baginya bukan persoalan mudah.
"Saya baru dua tahun di sini setelah lulus CPNS pada tahun 2020," kata Eli.
Baca juga: Simpan Sabu 3,40 Gram di Dalam Pembalut, Pria di Sumbawa Diduga Pengedar Ditangkap
Pulau medang termasuk wilayah pulau kecil di Kabupaten Sumbawa. Secara administratif pulau ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Labuhan Badas.
Untuk menuju pulau ini, masyarakat harus menggunakan perahu motor selama tiga jam perjalanan hingga sampai pusat kota.
"Bila cuaca sedang tidak bersahabat saat besar gelombang, perjalanan kami bisa sampai empat jam di perahu untuk tiba di Labuhan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas," katanya.
Baca juga: Peresmian Bendungan Beringin Sila di Sumbawa oleh Presiden Jokowi Ditunda
Eli mengatakan, dirinya pergi ke pusat kecamatan saat membeli kebutuhan pokok maupun saat ada pelatihan guru yang diadakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa.
Setiap hari Eli harus mengajar murid-muridnya dengan fasilitas sekolah yang sangat terbatas.
Tak ada jaringan internet. Listrik juga masih terbatas.
Bagi Eli, mengajar saat musim hujan di sekolah dua kali lebih sulit.
Kondisi itu diperparah ketika hujan deras disertai angin kencang. Kelas gelap, atap bocor, hingga genangan air yang kerap kali memecah konsentrasi anak saat proses pembelajaran.
"Kelas masih semi permanen, meski atapnya sudah ditempel seng tetap saja bocor saat hujan deras," ucap Eli.
Baca juga: Simpan Sabu 3,40 Gram di Dalam Pembalut, Pria di Sumbawa Diduga Pengedar Ditangkap
Terbatasnya sarana dan prasana sekolah yang masih jauh dari standar mempengaruhi literasi anak didiknya.
"Kondisi literasi di sekolah saya mengajar saat ini bisa dibilang rendah, ada siswa kelas 4 yang baru mengenal huruf," jelas Eli.
Saat pandemi Covid 19, ketika pembelajaran tatap muka tidak bisa optimal, kata Eli, baik siswa dan guru kewalahan mengejar target pembelajaran.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.