Salin Artikel

Curhat Guru di Pulau Medang, Kawasan Terpencil di Sumbawa, Tak Ada Internet hingga Kelas Bocor

Eli yang berasal dari Lombok mengaku sudah dua tahun menjadi guru di Pulau Medang setelah menikah dengan lelaki asal wilayah tersebut. Mengajar di kawasan terpencil baginya bukan persoalan mudah.

"Saya baru dua tahun di sini setelah lulus CPNS pada tahun 2020," kata Eli.

Letak Pulau Medang

Pulau medang termasuk wilayah pulau kecil di Kabupaten Sumbawa. Secara administratif pulau ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Labuhan Badas.

Untuk menuju pulau ini, masyarakat harus menggunakan perahu motor selama tiga jam perjalanan hingga sampai pusat kota.

"Bila cuaca sedang tidak bersahabat saat besar gelombang, perjalanan kami bisa sampai empat jam di perahu untuk tiba di Labuhan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas," katanya.

Eli mengatakan, dirinya pergi ke pusat kecamatan saat membeli kebutuhan pokok maupun saat ada pelatihan guru yang diadakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa.

Keterbatasan fasilitas

Setiap hari Eli harus mengajar murid-muridnya dengan fasilitas sekolah yang sangat terbatas.

Tak ada jaringan internet. Listrik juga masih terbatas.

Bagi Eli, mengajar saat musim hujan di sekolah dua kali lebih sulit.

Kondisi itu diperparah ketika hujan deras disertai angin kencang. Kelas gelap, atap bocor, hingga genangan air yang kerap kali memecah konsentrasi anak saat proses pembelajaran.

"Kelas masih semi permanen, meski atapnya sudah ditempel seng tetap saja bocor saat hujan deras," ucap Eli.

Terbatasnya sarana dan prasana sekolah yang masih jauh dari standar mempengaruhi literasi anak didiknya.

"Kondisi literasi di sekolah saya mengajar saat ini bisa dibilang rendah, ada siswa kelas 4 yang baru mengenal huruf," jelas Eli.

Saat pandemi Covid 19, ketika pembelajaran tatap muka tidak bisa optimal, kata Eli, baik siswa dan guru kewalahan mengejar target pembelajaran.

Tantangan yang dialami guru semasa pandemi salah satunya ketika harus mengajarkan siswa dari rumah yang satu ke rumah yang lain.

"Terkadang kita kewalahan mencari siswa. Ketika guru datang ke rumah, siswanya sudah pergi bermain. Itu sebabnya kita kewalahan mengontrol siswa dalam pembelajaran dan jauh tertinggal," ungkapnya.

Selain itu, mayoritas orangtua siswa yang berprofesi sebagai nelayan, membuat mereka belum memberikan perhatian maksimal terhadap pendidikan anak.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sulit mengajak siswa disiplin karena mereka sering keluar masuk kelas lewat jendela ketika jam pelajaran.

"Orangtua juga sering izin mengajak anak ke laut atau membantu pekerjaannya. Jadi kita sebagai guru harus benar-benar memperhatikan mereka," ujar dia.

Seiring berjalan waktu, pendidikan karakter siswa di sekolah sudah mulai meningkat bahkan orangtua sangat mendukung apa pun program guru di sekolah.

"Jadi tidak sembarang lagi minta izin hanya untuk mengajak anak melaut dan membantu pekerjaan orangtua," katanya.

Peningkatan kualitas literasi

Kabid Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sumbawa, Husnul Alwan mengatakan, pendidikan di pulau Medang dan Pulau Moyo belum mampu mengejar ketertinggalan karena banyaknya tantangan seperti jarak dan akses.

"Mereka tertinggal dalam banyak hal, termasuk persoalan literasi," kata Husnul.

Dari hasil kajian yang pernah dilakukan menunjukan literasi dasar bagi siswa kelas awal masih rendah.

Ia juga menyadari dari 371 SDN yang ada di 24 kecamatan yang dilayani Dikbud memiliki kondisi geografis yang berbeda dan tantangan pendidikan juga berbeda.

Masalah literasi menjadi persoala karena skornya masih dibawah 50 persen. Di wilayah terpencil lebih rawan karena tenaga pendidikan terbatas. 

Pemerintah Kabupaten Sumbawa sudah mencanangkan Gerakan Sumbawa membaca melalui Perbup nomor 5 tahun 2017 tentang gerakan literasi di sekolah dasar.

Hal itu sejalan dengan amanah Kemendikbud, literasi, numerasi dan karakter harus bagus pada semua satuan pendidikan dasar.

"Kami sudah lakukan pemetaan di daerah rawan sehingga guru harus punya strategi dan metode yang dikembangkan, sesuai pendekatan kurikulum merdeka harus diterapkan pada semua sekolah dasar meskipun daerah sulit akses," jelasnya.

Kurikulum merdeka memberi peluang bagi siswa tuntaskan kecakapan literasi. Lebih jauh, guru harus diberikan pemahaman mengajar literasi sesuai level kemampuan siswa (TARL) dan asasmen awal (diagnostik).

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa, dan STKIP Paracendekia NW Sumbawa dengan dukungan INOVASI menggelar Pelatihan bagi Fasda Merdeka Belajar Kabupaten Sumbawa.

“Celah dari sebuah perubahan ini kita harus ikuti. Sebuah langkah maju yang bisa kita lakukan adalah sebuah gerakan kebaikan agar pendidikan kita bisa lebih baik ke depan. Maka, program Merdeka Belajar merupakan salah satu wujud bagaimana meningkatkan kualitas mutu pendidikan," sebut Husnul.

"Pada awal tahun 2023 kita ingin pastikan semua sekolah terapkan kurikukum merdeka. Kesiapan itu harus kita kejar agar pada tahun 2024 nanti saat diwajibkan kita sudah siap semua perubahan kurikulum," lanjutnya.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Sumbawa pasca-pandemi Covid 19 bukan hanya masalah pemulihan pembelajaran tetapi juga perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana sekolah.

"Tahun ini kita petakan, perbaikan sarana prasarana sekolah sedang kita upayakan, DAK akan kita ajukan. Saya akan berusaha maksimal untuk sarana prasarana di wilayah sulit akses seperti Pulang Medang maupun Pulau Moyo," ucap Husnul.

https://regional.kompas.com/read/2022/12/23/134222078/curhat-guru-di-pulau-medang-kawasan-terpencil-di-sumbawa-tak-ada-internet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke