Mereka mencari ikan dengan cara-cara tradisional, seperti memancing, menggunakan kail, menjaring, dan juga memanah.
Kemudian, hasil tangkapannya dijual kepada masyarakat di sekitar pesisir atau pulau terdekat.
Selain mencari ikan, masyarakat Suku Bajo juga belajar budidaya komoditas bahari lainnya, seperti lobster, udang, dan ikan kerapu.
Saat ini, banyak Suku Bajo yang bersekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat Suku Bajo akan pentingnya pendidikan.
Suku Bajo tersebar di sejumlah wilayah baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Suku Bajo di Indonesia tersebar di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara timur, dan Wilayah lainnya.
Sedangkan, Suku Bajo di luar negeri antara lain terdapat di lautan Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Rumah suku Bajo berupa rumah panggung dengan tiang kayu, lantai papan, dan beratapkan rumbia.
Rumah tersebut terletak di pesisir laut dan sebagian menjorok ke laut.
Pada perkembangannya, sebagian suku Bajo juga bertempat tinggal di darat.
Lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi persyaratan pemukiman, seperti tidak jauh dari sumber air bersih maupun tidak jauh dari pemasaran hasil tangkapan.
Baca juga: Napak Tilas Sejarah Kejayaan Maritim dan Rempah Suku Bajo
Suku Bajo mulai memiliki rumah permanen dan meninggalkan tempat tinggal di atas laut.
Kondisi ini mengubah dalam dari sisi budaya, komunikasi, dan bentuk-bentuk pergaulan yang semakin hari budaya Bajonya mulai pudar.
Mereka mulai terkontaminasi dengan kehidupan moderen dan perkembangan zaman. Masyarakat Bajo juga memiliki alat hiburan elektronik, seperti tv maupun handphone.