Bangsa Portugis yang dipimpin Francisso Serro menuju produksi rempah-rempah di Maluku setelah menaklukan bandar perdagangan Malaka pada 1511.
Kedatangan Portugis menarik perhatian Sultan Ternate, Abu Lais.
Abu Lais menawarkan pendirian benteng Ternate, yang imbalannya adalah produksi cengkeh yang sepenuhnya dijual ke Portugis. Portugis menyepakati kerja sama dagang itu.
Hal ini yang menjadi awal mula kolonialisme di Indonesia, berawal dari ambisi penguasa dagang rempah-rempah yang melimpah di Nusantara oleh bangsa Eropa.
Baca juga: Tangisan Mama Imba dan Tumbangnya Afo II, Pohon Cengkeh Tertua di Dunia
Pohon cengkeh mulai berbuah setelah memasuki masa tanam enam sampai tujuh tahun. Namun waktu berbuah ini dapat berubah sesuai dengan cuaca, pembibitan, syarat tanah, dan perawatan pohon.
Pohon cengkeh merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 10 sampai 20 meter.
Bahkan di Kota Ternate, Maluku Utara, terdapat pohon cengkeh tertua di dunia yang bernama Afo III.
Afo III merupakan pohon cengkeh tertinggi di dunia ketiga, sementara Afo I dan II sudah tumbang dan mati. Afo I diperkirakan mencapai 416 tahun dan Afo II mencapai 250 tahun.
Cengkeh Afo III diperkirakan berusia 200 tahu dengan lingkaran pohon 3,90 meter dan panen permusim dapat mencapai 260 kilogram.
Cengkeh yang digunakan selama ini berupa tangkai bunga kering. Selain itu daun cengkeh juga memiliki banyak manfaat.
Cengkeh memiliki manfaat kesehatan, yaitu meredakan sakit perut, batuk berdahak, mengobati sakit gigi atau gusi bengkak..
Khasiat cengkeh juga dapat menghindarkan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan sebagainya.
Baca juga: Minyak Cengkeh untuk Sakit Gigi, Ampuhkah?
Cengkeh juga digunakan untuk bumbu makanan pedas di Eropa, bahan utama rokok kretek, kecantikan, maupun penambah rasa pada minuman hangat.
Jika diambil ekstraknya, cengkeh dapat dibuat menjadi minyak cengkeh, salah satunya mengatasi bau mulut.
(Penulis: Kontributor Ternate, Fatimah Yamin; Editor: Khairina)