Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Pahlawan Pejuang Lingkungan Selamatkan Semarang dari Sampah, Pernah Disebut Orang Gila

Kompas.com - 11/11/2022, 12:05 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Permasalahan sampah yang kian darurat dapat menjadi bom waktu. Bahkan Sebagian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Jateng disebutkan telah melebihi ambang batas.

Mengatasi persoalan pelik itu tentu saja tak dapat dibereskan sendirian. Perlu kerja sama dan kesadaran penuh semua pihak untuk mengambil langkah solutif.

Masyarakat pemerhati lingkungan dan dosen yang tergabung dalam LSM Bina Karta Lestari (Bintari) telah melakukan edukasi dan pendampingan pengelolaan sampah di tingkat kelurahan sejak 1986.

Baca juga: Deteksi Pembuang Sampah Pakai Drone Dinilai Bisa Dimanipulasi, Pakar: Orang Kita Itu Paling Pinter Kalau Akal-akalan!

“Kalau sudah meluap ke mana-mana, kita baru sadar kalau masalah sampah mengganggu kita,” kata Drektur Eksekutif Bintari Amalia Wulandari kepada Kompas.com, Kamis (10/11/2022).

Ia mengungkapkan lika-liku puluhan tahun perjalanan menggerakkan ribuan warga untuk akhirnya sadar kondisi darurat sampah yang terjadi.

Dahulu, sebagian besar kerap mengesampingkan pengelolaan sampah dan tidak menjadi prioritas dalam hidup. Namun setelah Indonesia dinobatkan sebagai penghasil sampah terbesar kedua di dunia, mulai muncul kesadaran.

“Yang mengejutkan ternyata indeks perilaku ketidakpedulian lingkungan hidup masyarakat kita itu sampai 72 persen,” imbuhnya.

Umumnya, masyarakat tak peduli keberadaan sampah selama sampah itu tak berada di rumahnya atau lingkungan miliknya. Sehingga mudah membuang di sembarang tempat tak terkecuali sungai.

Kondisi luapan jumlah sampah bertambah buruh dengan terjadinya pandemi Covid-19. Masyarakat mudah memesan makanan dan paket secara daring. Ini menyebabkan penggunaan plastik naik 20 persen saat pandemi.

Baca juga: Pakai Drone Dinilai Tak Efektif Hentikan Orang Buang Sampah Sembarangan, Pakar: Bukan Solusi Akar Masalah

Mestinya, masyarakat menjalankan PP Nomor 97 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga dengan mengurangi dan mengelola sampah dari hulu.

Dalam kurun 2018-2020, Lia mendampingi 54 bank sampah di Kota Semarang. Lalu sampai saat ini bertambah 6 bank sampah dan 3 TPS 3R.

Ia memberi pilihan untuk menjalankan sistem pengelolaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat di setiap wilayah.

“Yang sering kami temui, masyarakat akan membentuk bank sampah di tingkat RT atau RW. Karena kendalanya itu katanya, warga sini itu susah kalau diajak kaya gitu (memilah sampah),” terang Lia dengan tawa kecil.

Ia mendukung pilihan warga untuk memulai gerakan peduli sampah dari lingkup terkecil. Untuk kemudian dapat mendorong sampai tingkat kelurahan.

“Kami masuk ke banyak RT untuk sosialisasi, biasanya ndusel-ndusel (menumpang) di pertemuan RT, PKK atau dasawisma,” katanya.

Baca juga: Pemprov DKI Repot-repot Ciduk Pembuang Sampah Sembarangan Pakai Drone, Padahal Bisa Pakai CCTV

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Regional
Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Regional
KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS di Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600an

KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS di Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600an

Regional
500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

Regional
Panik Ular Masuk Dapur, Ibu di Salatiga Tidak Telepon Damkar tapi Ojek Online

Panik Ular Masuk Dapur, Ibu di Salatiga Tidak Telepon Damkar tapi Ojek Online

Regional
Pria di NTT Diduga Cabuli Anak 9 Tahun di Kebun

Pria di NTT Diduga Cabuli Anak 9 Tahun di Kebun

Regional
BEM Unnes Kritik Biaya Sumbangan Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Ini Kata Kampus

BEM Unnes Kritik Biaya Sumbangan Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Ini Kata Kampus

Regional
Satu Rumah dan 2 Sepeda Motor Ludes Terbakar di Sebatik, Diduga Akibat Korsleting Listrik

Satu Rumah dan 2 Sepeda Motor Ludes Terbakar di Sebatik, Diduga Akibat Korsleting Listrik

Regional
Partai di Brebes Buka Penjaringan Pilkada, Mantan Wakil Bupati dan Sejumlah Petani Bawang Ambil Formulir

Partai di Brebes Buka Penjaringan Pilkada, Mantan Wakil Bupati dan Sejumlah Petani Bawang Ambil Formulir

Regional
Jasad Korban Penembakan KKB Belum Dipindahkan karena Pesawat Takut Terbang ke Homeyo

Jasad Korban Penembakan KKB Belum Dipindahkan karena Pesawat Takut Terbang ke Homeyo

Regional
Klaim Dapat Dua Rekomendasi Golkar, Dico Bisa Pilih Maju di Pilkada Jateng atau Kendal

Klaim Dapat Dua Rekomendasi Golkar, Dico Bisa Pilih Maju di Pilkada Jateng atau Kendal

Regional
Cegah PMK Jelang Idul Adha, Pedagang di Solo Diminta Tak Datangkan Sapi dari Luar Daerah

Cegah PMK Jelang Idul Adha, Pedagang di Solo Diminta Tak Datangkan Sapi dari Luar Daerah

Regional
Raker Konwil I Apeksi Pekanbaru Dimulai, Ini Rangkaian Kegiatannya

Raker Konwil I Apeksi Pekanbaru Dimulai, Ini Rangkaian Kegiatannya

Kilas Daerah
Jadi Narsum HTBS, Pj Nurdin Paparkan Upaya Pemkot Tangerang Tanggulangi Tuberkulosis

Jadi Narsum HTBS, Pj Nurdin Paparkan Upaya Pemkot Tangerang Tanggulangi Tuberkulosis

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com