Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perempuan Penyintas HIV, Buktikan Penyakitnya Tak Tulari Suami dan Anak, Kini Berperang Memutus Rantai Penularan

Kompas.com - 25/10/2022, 06:00 WIB
Suwandi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

“Misalnya istrinya positif HIV dan suaminya negatif atau sebaliknya atau keduanya sama-sama positif maka mereka tetap pakai kondom. Saya sarankan lepas kondomnya saat masa subur saja. Kalau sedang program membuat anak,” kata Fadil.

Saat proses kehamilan, sang ibu harus rajin minum obat tanpa putus. Sesuai dengan anjuran dokter. Dengan demikian, kemungkinan besar anaknya akan lahir negatif HIV.

"Kalau sudah hamil, obat antivirus tetap harus diminum. Perlu diketahui, obat antivirus ini tidak menyebabkan bayi itu lahir cacat," tegas Fadil.

Selanjutnya, untuk proses kelahiran sambung Fadil ibu dengan HIV bisa melahirkan dengan cara normal.

Syaratnya yakni CD4 dalam keadaan bagus yakni di atas 500 dan viral load yang tidak terdeteksi.

"Kondisi tersebut memungkinkan sang ibu untuk melahirkan secara normal tanpa menularkan virus," kata Fadil.

Namun jika berada di kota besar, kemudian dapat mengakses rumah sakit dengan mudah, Fadil lebih menyarankan para ibu dengan HIV, untuk melahirkan dengan operasi caesar.

Semakin cepat orang dengan HIV mendeteksi statusnya, maka risiko penularan kepada anak-anak semakin kecil. Kondisi sekarang, harus diakui masih ada stigma dan diskriminasi terhadap anak dengan HIV.

Tentu, dengan hilangnya stigma dan diskriminasi, anak-anak dengan HIV bisa hidup normal, tinggal bersama keluarga dan bermain dengan teman-teman, tanpa perundungan.

Pada dasarnya, sambung Fadil, anak-anak dengan HIV dalam kondisi sehat, disarankan beraktivitas seperti anak lain agar pertumbuhan alaminya maksimal.

Masalah stigma dan diskriminasi yang berakhir dengan perundungan itu, sebenarnya muncul ketika status anak-anak dengan HIV, diketahui secara luas.

Untuk itu, tidak ada kewajiban bagi orangtua atau wali, untuk menginformasikan status anak-anak dengan HIV pada orang lain, termasuk ke pihak sekolah.

Anak-anak dengan HIV secara serius mengalami hambatan dan gangguan mental akibat dari perundungan.

Ia mencontohkan anak bisa menjadi introvert dan terkadang berakhir dengan depresi. Untuk itu, ketika anak sudah mencapai masa pubertas, sebaiknya diberitahu tentang status penyakit dan resikonya.

“Umur berapa sebaiknya harus diberitahu sangat bervariasi ya, disesuaikan dengan tingkat perkembangan mentalnya (mungkin pada saat pubertas)," kata Fadil menjelaskan.

Mengenai apakah anak-anak dengan HIV setelah dewasa boleh menikah, menurut Fadil sangat boleh.

Namun, tunggu mereka berada dalam kondisi siap untuk melakukan perencanaan pra dan pasca pernikahan.

“Seperti minum ARV secara rutin, status kesehatan dalam keadaan baik, pasangan ini, keduanya harus mendapatkan edukasi tentang cara berhubungan seks yang aman," kata Fadil.

Kasus Gunung Es

Stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh keluarga, teman sekantor, teman sekolah dan masyarakat secara luas bahkan tenaga medis, membuat kasus orang dengan HIV seperti fenomena gunung es.

Dampak stigma paling sering terjadi di tingkat keluarga dan sekolah. Bentuknya dijauhkan, dikucilkan dan dipisahkan.

Misalnya tempat makan dibeda-bedakan dan hubungan menjadi berjarak.

Padahal HIV tidak gampang menular, ada prosesnya seperti penggunaan jarum suntik dan hubungan seks tidak aman.

Kasus orang dengan HIV di Provinsi jambi, kata Eboy, tercatat mencapai angka 1.365 orang per Oktober 2022.

Dari data itu, 52 kasus dari anak-anak, 355 orang pengguna jarum suntik, 93 orang transpuan dan 180 orang lelaki seks lelaki. Lalu sisanya itu heteroseksual dan pekerja seks.

Namun angka kecil ini bukan berarti sedikit kasus. Orang dengan HIV seperti gunung es, karena kebanyakan memilih sembunyi untuk menghindari diskriminasi dan perundungan.

Untuk menemukan kasus baru sejak awal, kata Eboy Yayasan Kanti Sehati, lembaga yang bergerak di isu kesehatan dan HIV bekerja sama dengan 11 rumah sakit besar di Provinsi Jambi.

Kemudian juga bekerja sama dengan puskesmas-puskesmas agar orang dengan HIV lebih mendapatkan privasi untuk melakukan tes HIV.

Tindakan pencegahan penularan ini untuk menemukan kasus, kemudian pendampingan agar orang dengan HIV rutin minum obat, lalu menemukan kembali orang dengan HIV yang berhenti minum obat agar terus rutin mengkonsumsi terutama saat memasuki usia pernikahan.

Pasca penemuan kasus terutama anak-anak, Yayasan Kanti Sehati memberikan beasiswa 1 bulan 1 orang sebesar Rp 500.000.

Kemampuan yayasan, kata Eboy baru sebatas itu. Beasiswa itu cukup untuk biaya kebutuhan sekolah dan makan, terutama untuk anak-anak dengan HIV yang berstatus yatim piatu.

Sekarang ada lagi, bantuan dari pemerintah daerah, untuk 30 anak.

Kendala dalam mendampingi orang dengan HIV saat ini, kata Eboy akses pengobatan BPJS tidak mengakomodir orang dengan HIV, kemudian Orang dengan HIV tidak memiliki BPJS dan mereka tidak memiliki KTP serta tidak memiliki pekerjaan.

“Akibat dari stigma, orang dengan HIV terpaksa buka usaha sendiri atau bekerja di lembaga seperti kami (Yayasan Kanti Sehati) agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa saja diam-diam, kalau ketahuan bisa dipecat dengan berbagai alasan,” kata Eboy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Regional
Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah di Melawi Kalbar, Jembatan Putus

Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah di Melawi Kalbar, Jembatan Putus

Regional
Polisi Gagalkan Peredaran 145 Bungkus Jamur Tahi Sapi di Gili Trawangan

Polisi Gagalkan Peredaran 145 Bungkus Jamur Tahi Sapi di Gili Trawangan

Regional
Bantah Pemerasan, Kejati NTB Sebut Pegawai Kejagung Ditangkap karena Bolos

Bantah Pemerasan, Kejati NTB Sebut Pegawai Kejagung Ditangkap karena Bolos

Regional
Jaga Kekondusifan Setelah Pemilu, Perayaan HUT Ke-283 Wonogiri Dilakukan Sederhana

Jaga Kekondusifan Setelah Pemilu, Perayaan HUT Ke-283 Wonogiri Dilakukan Sederhana

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com