Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Hadiri KMAN VI di Papua, Masyarakat Adat Kasepuhan dari Banten Tempuh Jalur Darat dan Laut

Kompas.com - 12/10/2022, 16:06 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Persiapan ritual biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum ia berangkat ke Papua.

“Nanti ada ritual dulu. Saya akan menghadap abah (ketua adat di dalam Masyarakat Adat Kasepuhan) untuk melakukan ritual dan ada pembekalan spiritual dari Kasepuhan. Setelah itu, baru melakukan perjalanan hingga ke Papua,” ungkapnya.

Ia mengaku, akan ada dua benda yang dibawanya dalam perjalanan, yakni kemenyan dan panglai (sejenis umbi-umbian mirip jahe).

“Itu syarat ketika kita mau berangkat ke mana pun. Setelah ritual dan dibekali dua benda ini, kemenyan dan panglai, lalu kedua benda dibawa pimpinan rombongan sampai Papua,” katanya.

Kang Noci menambahkan, sesampainya di Papua, kemenyan yang dibawa itu akan dibakar. Kemudian, ia diwajibkan untuk menyampaikan salam kepada ketua adat setempat. Menurutnya, proses ini menjadi bagian dari syarat.

Baca juga: Kisah Perjuangan Masyarakat Adat Simantipal, Rela Bongkar Permukiman demi Jadi Bagian Indonesia

“Itu harus (dilakukan) karena spiritualnya itu mengkoneksikan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ketika kita berangkat dari Banten dan dibekali oleh Kasepuhan di sini, maka itu harus sampai di sana (Papua),” paparnya.

Kang Noci menerangkan, makna dari perjalanan spiritual itu adalah adanya keterhubungan yang kuat antara satu masyarakat adat tertentu dan masyarakat adat yang lain.

Ia memaknai arti filosofis perjalanan spiritual yang akan dijalankannya tersebut sebagai suatu koneksi di antara sesama masyarakat adat di mana pun di dunia ini.

“Itu akan kita buktikan dalam perjalanan ini,” ungkapnya.

Dengan diiringi sedikit canda, Kang Noci menegaskan, perjalanan itu dia lakukan bukan karena komunitas masyarakat adatnya tidak mampu membeli tiket pesawat.

"Kami ingin menjalin suatu keterhubungan masyarakat adat yang beda pulau di Nusantara, bahkan beda negara jika memungkinkan," tuturnya.

Baca juga: Latih 19 Pemuda Papua Jadi Jurnalis, AMAN Harapkan Mereka Jadi Aset Perjuangan Masyarakat Adat

Rute perjalanan spiritual

Kang Noci dan rekannya direncanakan akan berangkat pada 10 atau 11 Oktober 2022 dari Banten.

Dengan begitu, mereka akan tiba beberapa hari lebih awal sebelum KMAN VI dimulai pada 24 Oktober 2022. Mereka diprediksi akan tiba di Jakarta satu hari setelah berangkat.

Lalu, perjalanan dilanjutkan menuju Surabaya melalui kereta api. Di sana, mereka akan menginap dan melanjutkan perjalanan ke Makassar dan ke Jayapura melalui kapal laut.

“Saya perkirakan perjalanan spiritual ini memakan waktu sekitar 7-8 hari,” katanya.

Kang Noci menyebutkan, hingga kini yang akan berangkat melakukan perjalanan spiritual lewat jalur darat dan laut masih dua orang.

Ia pun mengaku belum menyampaikan soal keberangkatannya ke komunitas masyarakat adat lain. Namun, jika ada yang ingin pergi bersama mereka, dia akan menyambutnya dengan gembira.

Baca juga: 5 Rumah Adat Nusa Tenggara Barat, Bukti kekayaan Budaya Nusantara

“Kita terbuka dengan siapa pun yang ingin berangkat bersama. Ayo, kita bareng-bareng! Tapi, syaratnya harus ada izin dari ketua adat masing-masing,” katanya.

Kang Noci menambahkan, ia sebetulnya berencana mengajak pemuda adat dari Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com