Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bidan di Perbatasan RI-Malaysia, Jadi Anak Angkat Dukun hingga Disidang secara Adat

Kompas.com - 06/10/2022, 18:25 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Bertugas sebagai bidan di wilayah pelosok dan pedalaman RI, menjadi ujian mental bagi para tenaga kesehatan. Pola pikir warga di daerah terisolasi selalu menjadi tantangan tersendiri.

Beragam kisah dan cerita menarik selalu mengiringi tugas pengabdian mereka. Salah satunya dialami oleh bidan di Puskesmas Binter, Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara.

Nirwana mengatakan, pengabdian di tapal batas memberi kesan mendalam yang tidak akan diperoleh jika bertugas di perkotaan.

"Pelayanan kita lebih terasa, dan perlakuan warga di pedesaan terpencil selalu menggugah nurani kita," ujarnya, Kamis (6/10/2022).

Baca juga: Kendala Jaringan Internet, 1027 Tenaga Honorer di Perbatasan RI–Malaysia Belum Terinput

Puskesmas Binter berjarak 3 jam dari daerah ibu kota Kecamatan di Mansalong. Di daerah ini, warga dari sejumlah kecamatan Lumbis, antara lain, Lumbis Ogong, Lumbis Hulu, Lumbis Pansiangan, membeli segala macam kebutuhan rumah tangga.

Bidan yang bertugas sejak 2015 mengungkapkan untuk pergi ke Binter dan Mansalong memerlukan biaya carter perahu Rp 3 jutaan saat itu.

"Saya tinggal di perumahan tenaga kesehatan di depan Puskesmas. Biasanya kalau ada perlu, kami baru ke Mansalong. Entah untuk belanja bahan pangan seminggu, atau untuk keperluan mencari sinyal internet. Kami menumpang Long Boat masyarakat, dan membayar Rp 700.000,’’ tuturnya.

Nirwana yang saat itu berusia 25 tahun, cukup bersemangat. Apalagi, ia merupakan anak daerah, dan sangat suka traveling. Sebagai warga asli Nunukan, ia tidak kaget dengan kondisi Lumbis, dengan segala keterbatasannya.

Hanya saja, sebagai tenaga kesehatan banyak sekali dinamika dan tantangan yang ternyata membutuhkan pemikiran yang bijak dan kelapangan hati.

"Meski saya asli Nunukan, banyak pengalaman baru yang diperoleh. Mungkin untuk teman teman yang dari luar Nunukan yang bertugas di Binter, ujiannya berat karena geografis Nunukan yang cukup terpencil. Tapi itu semua kita tepiskan dengan persaudaraan dan kekeluargaan yang tercipta di lingkungan kerja," kata Nirwana.

Jadi anak angkat dukun

Pola pikir warga pedalaman, dikatakan Nirwana, masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang. Sehingga, warga lebih percaya dukun, ketimbang pengobatan medis modern.

Selain itu, warga juga menilai praktisi kesehatan seharusnya berusia tua dan beruban.

"Usia seperti kami yang muda-muda ini, tentu sulit mendapat kepercayaan mereka,’’katanya lagi.

Untuk meraih kepercayaan, para tenaga kesehatan di Puskesmas Binter, perlahan mengakrabkan diri dengan para dukun yang selama ini mengobati penyakit masyarakat. Pendekatan emosional yang memakan waktu tidak sebentar ini pun akhirnya mendapat respons positif.

Baca juga: Wilayah Simantipal di Kaltara Resmi Menjadi Bagian NKRI, Warga Perbatasan Ingin Percepatan Pembangunan

Mereka kemudian diangkat sebagai anak dan keakrabanpun tercipta. Para bidan dan dukun, bersama-sama mengatasi warga yang sakit dan bersalin.

Halaman:


Terkini Lainnya

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Regional
Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Regional
Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Denny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Denny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Regional
Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Regional
Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Regional
Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com