"Misalnya dari mulung Rp 20.000 dapatlah. Dibelikan telur cukup. Tapi mereka malah beli jajanan, misalnya beli mi rebus satu mangkuk Rp 20.000. Uang itu malah habis hanya untuk beli mi satu mangkuk," kata Dedi.
Dedi mengatakan, untuk memperbaiki pola makan masyarakat, harus dilakukan semacam revolusi pendidikan. Dimulai dari anak-anak yang merupakan generasi bangsa.
Dedi mengusulkan agar pihak sekolah memberi jadwal jenis makanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah. Setiap hari pihak sekolah menyarankan kepada orangtuanya agar memasak bekal makanan yang mengandung gizi tinggi. Mulai sayuran, buah-buahan, telur, daging dan bahan makanan lain berprotein tinggi.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan memberi pemahaman kepada masyarakat terkait makanan dengan protein tinggi. Sebab saat ini, Dedi menilai hanya sedikit masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang makanan bergizi. Padahal makanan bergizi itu tidak harus dibeli dengan mahal. Bahkan di sekitar rumah pun sebenarnya tersedia.
Misalnya, buah-buahan bisa berupa pisang yang memiliki kandungan vitamin tinggi. Lalu vitamin C tinggi bisa didapat dari jambu batu. Bahan protein tinggi bisa berasal dari belut dan lainnya.
"Jadi sebenarnya, hamparan kadar protein di Indonesia itu tinggi tidak harus berbasis uang, di sekitar rumah juga banyak. Belut misalnya," ujar Dedi.
Baca juga: Ketika Dedi Mulyadi Ajak Anak Pencari Rongsokan Liburan ke Bali...
Selain itu, Dedi mengatakan, negara juga harus mendorong subsidi makanan bagi masyarakat. Memang pemerintah sudah melaksanakannya dengan program PKH untuk masyarakat miskin, meski di lapangan banyak terjadi penyimpangan. Namun program itu juga harus dibarengi dengan memberi pemahaman tentang makanan yang sehat dan bergizi tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.