Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separuh Penduduk Indonesia Kelaparan Tersembunyi, Dedi Mulyadi: Akibat Pergeseran Tradisi

Kompas.com - 20/09/2022, 11:55 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Prof Drajat Martianto menyebut bahwa 50 persen masyarakat Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi.

Hal itu terjadi karena Indonesia sedang menghadapi tiga masalah gizi, yakni gizi kurang, obesitas dan kurang gizi mikro.

Mengomentari hal itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, kelaparan tersembunyi terjadi bukan karena minimnya pendapatan masyarakat, tetapi pergeseran pola tradisi memasak nasi di masyarakat.

Baca juga: Guru Besar IPB: 50 Persen Rakyat Indonesia Alami Kelaparan Tersembunyi

Kelaparan tersembunyi terjadi karena sebagian masyarkat mengalami kekurangan protein karena sebagian besar makanan yang dikonsumsi kurang bervitamin.

Dedi menilai, problem masyarakat hari ini adalah terjadinya perubahan pola hidup. Pola hidup saat ini bergeser mengarah pada hilangnya tradisi konsumsi bahan pangan alami seperti sayuran, ikan, daging dan buah-buahan.

"Kemudian mereka bergeser pada jajanan instan. Dikonsumsi oleh anak-anak remaja, orang dewasa bahkan hingga sampai orang tua," ujar Dedi.

Menurut Dedi, jajanan instan ini menjadi pengganti tradisi masak yang sehat di rumah. Pola tradisi memasak nasi mengalami pergeseran tajam. Dulu, masyarakat memasak nasi melalui beberapa tahap, mulai pencucian, masak setengah matang (ngagigihan), lalu diaduk dan dikukus untuk pematangan.

"Nah, tradisi ini sekarang sudah hilang. Diganti dengan alat-alat modern," kata Dedi.

Saat ini, lanjut Dedi, beras hanya dicuci lalu dimasukkan ke rice cooker kemudian dimasak langsung dan dikonsumsi. Makanya nasi seperti itu, kata Dedi, mengandung kadar gula tinggi.

"Wajar jika kadar gula tinggi itu menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat," jelas Dedi.

Selain itu, lanjut Dedi, pola konsumsi sayur masyarakat Indonesia dan tradisi konsumsi buah menjadi rendah.

"Dulu masyarakat punya tradisi makan buah alami, langsung dari pohon. Hari ini tradisi tersebut menurun," katanya.

"Ini problem. Sebanyak 50 persen kelaparan terselubung itu adalah bukan karena faktor pendapatan, tetapi tradisi publik mengalami perubahan. Itu karena kemalasan manusia juga," katanya.

Menurut Dedi, pergeseran tradisi memasak dan mengonsumsi makanan itu menjadi penyebab terjadinya penurunan daya tahan tubuh pada anak-anak karena asupan makanannya nyaris tidak berkualitas.

Dedi mengilustrasikan, orang miskin hari ini pasti memiliki minimal uang Rp 5000. Hal itu berdasarkan pengalamannya sering berinteraksi dengan masyarakat miskin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Anak Korban Pembunuhan yang Mayatnya Disimpan Dalam Koper di Cikarang

Curhat Anak Korban Pembunuhan yang Mayatnya Disimpan Dalam Koper di Cikarang

Regional
Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Regional
Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Regional
Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Regional
Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Regional
Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Regional
Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Regional
Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Regional
Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Regional
Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Regional
Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Regional
Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Regional
Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Regional
KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com