Lahan melon hidroponik seluas 1,7 hektare itu terbagi menjadi empat rumah tanam, yang dikategorikan sesuai umur tanaman.
Dalam satu rumah tanam, berkapasitas 6.000 tanaman melon. Sehingga jika ditotal, terdapat 24.000 tanaman melon di Laguna Greenhouse.
Tak heran, Laguna Greenhouse dapat menghasilkan 6 hingga 7 ton melon per masa panennya.
"Secara ekslusif, tidak bisa gagal panen. Setiap minggu pasti ada. Waktu panenya setiap 8 hari sekali bergantian dengan Laguna Greenhouse yang ada di Kudus," kata dia.
Dari segi penjualan, melon hasil produksi Laguna Greenhouse diberi hargai Rp 35.000 hingga Rp 45.000 per kilogram.
Sedangkan proses distribusinya, sudah menjalar ke beberapa wilayah seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Yogyakarta, dan hampir di seluruh swalayan di Jawa Tengah.
"Ke depannya pengen juga bisa ekspor ke luar negeri," jelas Arvin.
Lahan yang disebut sebagai millennial farming itu mengandalkan 20 pekerja dari kalangan anak muda lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ataupun lulusan universitas.
Arvin mengaku, ada visi khusus dari lahan pertanian yang dikelolanya itu.
Tak lain, ingin merangkul anak-anak muda agar mau berkecimpung di dunia pertanian.
"Biar anak-anak muda terinspirasi juga, kalau pertanian itu sekarang sudah berbeda," ujar lulusan Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) itu.
Di samping itu, dirinya juga berpesan agar anak-anak muda lebih bisa mengasah kemampuan yang dimiliki.
"Kita hidup itu, value dan skill kita yang dihargai. Mau apa kami ke depannya, cari skill apa sih yang masih ada harganya? Cari ilmu yang sustainable, kapanpun bisa berkelanjutan," kata dia.