Kasim sempat menolak permintaan aparat militer menunjukkan DN Aidit. Tidak tahan dengan siksaan aparat militer, Kasim akhirnya memberitahukan persembunyian DN Aidit. DN Aidit bersembunyi di belakang lemari dalam ruangan rumahnya.
"Pak Kasim dulu kan kos di situ. Dia itu pegawai. Lha Pak DN Aidit itu temannya Pak Kasim. Tapi tidak tahu kok tiba-tiba sama tentara siaga Siliwangi dari Jawa Barat jam 3 pagi mengepung rumah itu," kata Prapto.
Prapto yang saat itu masih berusia 12 tahun terkejut dengan kedatangan banyak aparat militer di Sambeng. Mereka mendobrak masuk ke rumahnya dan menondongkan senjata ke arah Prapto.
Prapto yang sedang tidur terbangun ketakutan karena ditondong senjata aparat militer. Ayah Prapto, Darso meminta aparat militer melepas tondongan senjata ke arah anaknya karena masih kecil.
"Warga di sini semua takut karena tahu-tahu digerebek kok. Bapak saya diminta jongkok kedua tangannya ditekuk dan telapak tangan di atas bahu," katanya.
Pasca-penangkapan DN Aidit, ungkap Prapto, warga satu kampung yang berusia dewasa atau sekitar 21 tahun dibawa aparat militer ke markas.
Baca juga: Seputar G30S/ PKI (4): Misteri Dewan Jenderal dan Ujung Perjalanan DN Aidit di Sumur Tua
Mereka dimintai keterangan apakah ikut terlibat dalam peristiwa G30S PKI atau tidak. Karena tidak ada yang terlibat gerakan G30S PKI, warga yang ditangkap akhirnya dibebaskan.
"Dulu bapak saya juga dibawa aparat militer ke markas. Kira-kira enam hari. Tapi bapak saya tiga hari sudah pulang karena tidak terlibat peristiwa G30S PKI," ungkap Prapto.
Warga lainnya, Wiyoto mengatakan, dari cerita orangtua dahulu DN Aidit disergap aparat militer dari persembunyiannya di rumah yang sekarang ditempati Andrianto.
Penyergapan DN Aidit di rumah persembunyiannya itu dilakukan aparat militer pada pagi dini hari. Sehingga tidak banyak warga yang mengetahui peristiwa itu.
"Dari cerita mbah-mbah dulu Pak DN Aidit disergap tentara di rumah itu. Saya waktu itu masih umur tiga tahun," kata Wiyoto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.