Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Santri Gontor Tewas Dianiaya, Bisakah Kekerasan Senior Dihentikan?

Kompas.com - 13/09/2022, 19:19 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - AM (17), santri Pondok Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, meninggal usai dianiaya seniornya.

Dua senior berinisial MF (18) dan IH (17) telah ditetapkan sebagai tersangka.

Berdasarkan keterangan polisi, penganiayaan itu bermula dari hilang dan rusaknya sejumlah perlengkapan yang dipakai untuk perkemahan Kamis Jumat (perkajum).

Saat diminta menghadap MF dan IH, AM dan dua rekannya dianiaya oleh pelaku.

Berkaca dari kasus meninggalnya AM, bisakah kekerasan yang dilakukan senior dihentikan?

Terkait itu, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, memberikan tanggapannya.

Baca juga: Polisi Ungkap Kronologi Meninggalnya Santri Gontor, Dada Korban Ditendang dan Dipukul

Menurut Drajat, kekerasan yang dilakukan senior bisa dicegah dengan menguatkan nilai-nilai antikekerasan.

Bentuk antikekerasan tersebut dikuatkan lewat peraturan pemerintah maupun lembaga yang bersangkutan.

"Zero tolerance to violence," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/9/2022).

Bagi lembaga sosial, dalam konteks ini pondok pesantren, bisa memberlakukannya dengan pemberian sanksi tegas, misalnya pelaku penganiayaan bakal dikeluarkan dari pondok.

Selain itu, lembaga sosial harus mengimbanginya dengan memberikan ganjaran. Ganjaran di sini dalam arti positif.

"Jika bisa menunjukkan empati terhadap orang lain, dia akan mendapatkan ganjaran dari pondok dan masyarakat," ucapnya.

Baca juga: Polisi Tetapkan 2 Tersangka Terkait Tewasnya Santri Pondok Gontor

 

Kronologi penganiayaan santri Gontor

BARANG BUKTI DAN TERSANGKA?Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo menunjukkan barang bukti dan satu tersangka dalam kasus tewasnya santri AM asal Palembang di Pondok Gontoro, Senin (12/9/2022).Dokumentasi Polres Ponorogo BARANG BUKTI DAN TERSANGKA?Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo menunjukkan barang bukti dan satu tersangka dalam kasus tewasnya santri AM asal Palembang di Pondok Gontoro, Senin (12/9/2022).

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, penganiayaan terhadap AM bermula saat korban bersama dua rekannya, RM dan NS, melaksanakan perkajum pada 11-12 Agustus 2022 dan 18-19 Agustus 2022. Perkemahan diadakan di dua tempat berbeda.

Dalam perkajum itu, AM bertindak sebagai ketua panitia.

Pada 20 Agustus 2022, semua perlengkapan kemah dikembalikan dan dilakukan pengecekan. Keesokannya, 21 Agustus 2022, AM bersama RM dan NS mendapat surat panggilan dari pengurus ankuperkap. Mereka diminta menghadap tersangka MF dan IH.

Diketahui, MF menjabat Ketua I Perlengkapan dan IH sebagai Ketua II Perlengkapan. Pertemuan diadakan pada 21 Agustus 2022 di ruang ankuperkap Gedung 17 Agustus lantai 3 Pondok Gontor.

Baca juga: Kasus Penganiayaan Santri Gontor, AM Meninggal di Tangan Seniornya

Ketika menghadap MF dan IH pukul 06.00 WIB, AM bersama dua kawannya dievaluasi soal perlengkapan perkajum yang hilang dan rusak. Selanjutnya, MF dan IH menghukum AM, RM, dan NS.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, IH memukul korban menggunakan patahan tongkat pramuka dan tangan kosong. Sedangkan, MF menendang korban.

Tak berselang lama, atau sekitar pukul 06.45 WIB, AM terjatuh dan tak sadarkan diri.

RM dan NS bersama MF lantas membawa AM menggunakan becak inventaris pondok ke instalasi gawat darurat (IGD) RS Yasyfin Pondok Darussalam Gontor.

Namun, tak lama kemudian, AM meninggal dunia.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Tewasnya Santri Gontor, 2 Senior Jadi Tersangka, Korban Dianiaya karena Perlengkapan Kemah Hilang dan Rusak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com