Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kain Tenun Ikat Tanimbar

Kompas.com - 02/09/2022, 16:46 WIB
Rachmawati

Editor

Mereka lebih banyak memakai benang yang sudah dijual dipasaran untuk menenun karena lebih praktis.

Sehingga kain yang dibuat lebih cepat selesai dan cepat bisa dijual atau
untuk dipakai sendiri atau untuk keperluan adat.

Kain tenun pada masyarakat Tanimbar terdapat hampir pada semua desa dengan motif yang berbeda antara desa satu dengan desa lainnya.

Sebagain besar penenun adalah perempuan. Sejak dulu, saat anak perempuan sudah beranjak dewasa maka dia akan diajari menenun.

Baca juga: Pulihkan UMKM Tenun NTT, Bank Indonesia Gelar Exotic Tenun Fest

Jika belum bisa menenun, maka perempuan belum dianggap dewasa dan belum siap untuk menikah.

Dahulu, mereka membuat kain tenun dengan tiga warna yakni hitam, kuning dan merah.

Warna hitam didapatkan dari daun taru. Sementara warna kuning didapatkan dari pohong bengkudu atau nengwe. Sedangkan untuk warna merah, mereka menggunakan kulit pohon mangrove yang disebut dengan tongke/mange-mange.

Saat ini penenun jarang menggunakan benang yang terbuat dari kapas karena menenun membutuhkan waktu lebih lama, kain agak berat sehingga kurang diminati pembeli lokal.

Mereka lebih suka menggunakan benang pabrik dengan pewarna kain pabrikan.

Baca juga: Kain Tenun Donggala: Latar Belakang, Motif, dan Warna

Para penenun yang sebagian besar perempuan akan mengerjakan satu helai kain selama tiga hari jika dikerjakan dari pagi sampai sore.

Namun jika dikerjakan di antara pekerjaan rumah tangga lainnya, satu lembar kain akan diselesaikan dalam waktu 7 hari.

Pada umumnya penenun di Tanimbar akan mengerjakan kain tenun seorang diri mulai dari awal pembuatan motif hingga selesai.

Motif biasanya akan dibuat terlebih dahulu di sehelai kertas. Pada umumnya motif kain tenun baik klasik maupun modern tak berbeda jauh.

Baca juga: Keindahan Tenun Gringsing Bali, Hadiah untuk Delegasi KTT G20

Foto dirilis Selasa (25/1/2022), memperlihatkan Yoke Mattruti, penenun kelompok Ralsasam menunjukan tangannya yang berwana biru usai mewarnai benang secara alami pada proses pembuatan kain tenun ikat Tanimbar. Provinsi Maluku memiliki wastra tradisional tenun ikat Tanimbar, sarat akan warisan tradisi, identitas, dan nilai kebersamaan dalam proses pembuatannya, yang dalam perkembangannya terus berevolusi dan kini dipopulerkan dengan sebutan tenun Maluku.ANTARA FOTO/FB ANGGORO Foto dirilis Selasa (25/1/2022), memperlihatkan Yoke Mattruti, penenun kelompok Ralsasam menunjukan tangannya yang berwana biru usai mewarnai benang secara alami pada proses pembuatan kain tenun ikat Tanimbar. Provinsi Maluku memiliki wastra tradisional tenun ikat Tanimbar, sarat akan warisan tradisi, identitas, dan nilai kebersamaan dalam proses pembuatannya, yang dalam perkembangannya terus berevolusi dan kini dipopulerkan dengan sebutan tenun Maluku.
Motif kain tenun diambil dari motif alam seperti flora, fauna hingga manusia.

Motif ini berfungsi sebagai pemujaan terhadap roh-roh tertentu, kehidupan leluhur yang diciptakan secara simbolik dalam bentuk keindahan yang diabstrakkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Regional
Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Regional
IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

Regional
Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Regional
Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Regional
Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Regional
Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Regional
Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Regional
Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Regional
Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Regional
PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

Regional
DBD di Lampung Melonjak, Brimob 'Gempur' Permukiman Pakai Alat 'Fogging'

DBD di Lampung Melonjak, Brimob "Gempur" Permukiman Pakai Alat "Fogging"

Regional
Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com