Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Stunting di Musi Banyuasin Terus Menurun, Bupati Apriyadi Paparkan Strateginya

Kompas.com - 05/08/2022, 19:24 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

MUSI BANYUASIN, KOMPAS.com – Bupati Musi Banyuasin (Muba) Apriyadi mengatakan, progres penurunan tingkat kemiskinan dan stunting di Muba terus menunjukkan tren positif.

Sebagai contoh, tingkat kemiskinan di Muba pada 2007 mencapai 33,6 dan pada 2021 menjadi 15,84. Sementara itu, tingkat prevalensi stunting di Muba pada 2019 mencapai 8,9 dan pada 2021 menjadi 23.

Apriyadi menjelaskan, strategi pengentasan kemiskinan di Muba dilakukan dengan mempedomani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 

Strategi itu, yakni memberikan perlindungan sosial dengan pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin serta meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin dengan pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya, pemerintah juga mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil, dan mensinergikan kebijakan serta program penanggulangan kemiskinan.

Baca juga: Jaringan Gas Akan Dikembangkan sampai Perdesaan di Musi Banyuasin

Khusus untuk pelaksanaan konvergensi penurunan stunting di Muba, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muba melakukannya dengan memaksimalkan peran lintas sektor dalam pelaksanaan delapan aksi konvergensi stunting.

“Kami juga melakukan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dengan penguatan pada desa lokus stunting,” ujarnya dalam wawancaranya kepada Kompas.com, di Guest House Griya Bumi Serasan Sekate, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (3/8/2022). 

Untuk membuat gerakan dua arah, kata Apriyadi, Pemkab Muba meningkatkan pula peran aktif pihak kecamatan dan desa dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting.

Hal itu diikuti pula dengan peningkatan dukungan anggaran, baik melalui alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana desa, maupun melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam pelaksanaan intervensi gizi spesifik dan sensitif.

“Kami juga berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaksana dan standarisasi peralatan,” terangnya.

Baca juga: Guna Mencapai Indonesia Emas 2045, Pencegahan Stunting Harus Diutamakan

Apriyadi menambahkan, pihaknya telah mengidentifikasi penyebab kemiskinan dan stunting di Muba. Beberapa di antaranya, yakni tingginya harga komoditas unggulan dan harga kebutuhan pokok masyarakat yang dipengaruhi faktor transportasi serta kurangnya usaha untuk diversifikasi pendapatan masyarakat.

Selain itu, kemiskinan dan stunting di Muba juga disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan kepala rumah tangga, serta adanya kesenjangan akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar.

Tak kalah penting, ada pula faktor tingkat pengetahuan masyarakat tentang stunting, asupan gizi, dan pengobatan terhadap infeksi atau penyakit.

Apriyadi menyebutkan, masih tingginya stunting di Muba berkorelasi dengan pembangunan manusia karena berdampak terhadap besarnya upaya dan biaya pembangunan.

Sebab, rendahnya kualitas SDM, baik dari segi pendidikan dan kesehatan juga berakibat pada produktivitas daerah yang menjadi rendah.

Baca juga: Menkes: Wapres Soroti Persoalan Data dalam Penanganan Stunting

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com