Cara warga Krayan atasi kekurangan bahan pokok
Ketersediaan bahan pokok memang diakui terjangkau untuk wilayah ibu kota kecamatan di Krayan.
Sebagai contoh, gula pasir di wilayah kecamatan bisa diperoleh dengan harga Rp 38.000 per kilogram.
Namun ketika sudah sampai di wilayah pedesaan atau pelosok, harga akan menjadi Rp 45.000 per kilogram. Demikian juga dengan harga bahan pokok lain.
Suplai bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu masalah, di mana antrean terus terjadi saban hari, dengan jatah 3 liter per kendaraan.
‘’Ada jalan alternatif di wilayah Krayan Barat yang tembus ke Ba’rio. Masyarakat biasa memesan bahan pokok di Malaysia, dan menggendongnya melalui hutan. Mereka berangkat pukul lima pagi dan pulang pukul delapan malam,’’kata Roni lagi.
Baca juga: Curhat Dokter di Pegunungan Krayan Kalimantan, Minim Fasilitas dan Sulitnya Akses Jalan
Di Ba’rio, warga Krayan akan menunggu di pinggir sungai tepat di titik perbatasan RI – Malaysia.
Di wilayah tersebut, akan ada perahu kayu dari Malaysia membawa pesanan sembako atau BBM sesuai pesanan.
Sistem ini sebenarnya sudah menjadi tradisi perdagangan warga perbatasan selama bertahun tahun.
‘’Itu kenapa masyarakat Krayan meminta sistem perdagangan tradisional kembali berjalan. Membuka ruang seluas-luasnya bagi para pengusaha Krayan dan Malaysia untuk saling berjualan, sehingga kebutuhan Krayan aman dan harga juga tidak mencekik seperti saat ini,’’lanjutnya.
Blokade jalur perbatasan di Krayan membuat pembangunan benar-benar terhenti.
Mereka tidak lagi bisa mendapat material bangunan yang selama ini diperoleh dari Malaysia.
Krayan, sampai hari ini belum bisa lepas dari ketergantungan mereka terhadap Malaysia.
‘’Beruntungnya kalau untuk beras, gudang-gudang kami dipenuhi hasil panen padi yang tidak bisa dijual ke Malaysia,’’katanya lagi.