Saat komoditas kopi banyak dibutuhkan VOC, Va Riebek dan Zwadecroon berupaya mengembangkan tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Pada tahun 1709, Gubernur Van Riebek melakukan inspeksi di kebun kopi Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Gurah Sukabumi.
Pada masa ini menjadi alasan dibangun jalur lintasan kereta api yang menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat, Tjiandjoer (ibu kota Priangan), dan Bandoeng di timur.
Saat itu, Andries de Wilde merupakan pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga, Bogor.
Baca juga: Asal Usul dan Sejarah Banjarbaru
Pada tanggal 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi dengan luas lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi dengan harga 58 ringgit Spanyol.
Tanah itu berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, Karesidenan Jakarta di sebelah barat, dan Banten dan Sungai Cikupa di sebelah timur.
Sebelum memiliki status kota, Sukabumi adalah dusun kecil yang bernama 'Goenoeng Parang' (saat ini Kelurahan Gunungparang) yang berkembang menjadi desa Cikole atau Parungseah.
Pada tanggal 1 April 1914, pemerintah Hindia Belanda menetapkan Kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente (kotapraja).
Alasannya di kota ini banyak didiami orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan yang terdapat di Sukabumi bagian selatan sehingga harus mendapatkan pelayanan yang istimewa.
Baca juga: Asal-usul dan Sejarah Tanjung Pinang, Pohon Pinang Petunjuk Pulang
Pada tanggal 1 Mei 1926, Mr GF Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester (wali kota).
Pada masa ini, Sukabumi dibangun stasiun kereta api, masjid agung, gereja, centrale (gardu induk) Cipoho, pembangkit listrik ubrug, sekolah polisi gubermen yang dekat dengan lembaga pendidikan Islam tradisional Pondok Pesantren Syamsul 'Ulum Gunung Puyuh yang didirikan KH Ahmad Sanusi pada tahun 1933.
Sumber:
jdih.sukabumikota.go.id, dan perkotaan.bpiw.pu.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.