Saat itu, Jawa bagian barat masih merupakan kekuasaan Dewawarman VIII (340-362 M) sebagai raja Kerajaan Salakanagara.
Jayasingharwarman menikah dengan putri Dewawarman VIII, yakni Dewi Iswari Tunggal Pertiwi. Kemudian, ia mendirikan ibu kota Jayasinghapura.
Jayasinghawarman (358-382 M) bergelar Rajadiraja Gurudharmapurusa, ia wafat di tepi kali Gomati (Bekasi).
Ibu kota Jayasinghapura dipindah oleh Purnawarman Raja Taruma III (395-434 M) ke arah pesisir, yang bernama Sundapura.
Pendapat keempat menyebutkan bahwa Jasinga berasal dari kata Gajah Lumejang SingaBaca juga: Asal-usul dan Sejarah Pangkal Pinang, Ternyata Tempat Demang Mengawasi Tambang Timah Bapang. Yakni, dua dari tujuh ajaran Sanghyang Sunda yang juga menetapkan sebagai tempat komunitas Sunda.
Tujuh ajaran Sanghyang Sunda tersebut yakni, pengawinan (pedalaman Banten), parahyangan (Lebak Parahyangan), bongbang (Sajira), gajah lumejang (Parung Kujang-Gunung Kencana), singa bapang (Jasinga), sungsang girang (Bayah), sungsang hilir (Jambang-Pelabuhan Ratu).
Tujuh ajaran itu mempengaruhi Purnawarman sebagai Raja Taruma III (395-434 M), hingga ia mendirikan ibu kota yang bernama Sundapura.
Keruntuhan Taruma terjadi pada masa Linggawarman (669-732 M) sebagai Raja Taruma XII, hal ini terjadi kuatnya pengaruh Sunda.
Putri Linggawarman, yakni Dewi Manasih (Minawati) dinikahkan dengan Tarusbawa, putra Rakyan Sunda Sembawa.
Tarusbawa menjadi Raja Sunda (669-732 M), dalam perjalanannya Taruma runtuh. Kemudian, pengaruh Hindu melemah dan manjadi ajaran leluhur, yakni ajaran Sanghyang Sunda.
Dua wilayah Sanghyang Sunda, yaitu Gajah Lumejang serta Singa Bapang menjadi tempat laskar Kerajaan Sunda.
Dua nama wilayah tersebut disatukan menjadi Gajah Lumejang Singa Bapang, kemudian menjadi nama Jasinga (Ja = Gajah Lumejang, Singa = Singa Bapang). Keduanya menjadi filosofi gajah dan singa.
Tujuh ajaran Sanghyang Sunda tercantum dalam Kitab Aboga yang diperkirakan dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Pajajaran, kitab ini dibawa ke Leiden pada akhir abad 19.
Berdasarkan kosakata (etimologi) dan perlambangan (hermeneutika), Jasinga memiliki makna yang berarti.
Adanya nama Jasinga melahirkan cerita rakyat yang melegenda hingga kini bagi masyarakat Jasinga.
Selain itu, adanya mitos sosok singa merupakan wujud kewibawaan para penghulu Jasinga.
Baca juga: Asal-usul dan Sejarah Pangkal Pinang, Ternyata Tempat Demang Mengawasi Tambang Timah