KOMPAS.com - Semarang seakan-akan tak bisa dilepaskan dari bencana banjir.
Bahkan pada lagu jawa yang berjudul Jangkrik Genggong terdapat lirik "Semarang kaline banjir" yang memiliki arti Semarang sungainya banjir.
Citra Semarang yang identik dengan banjir seperti yang ada dalam lirik lagu tersebut ingin dihilangkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Hal tersebut disampaikan Ganjar saat meresmikan groud breaking sebagai awal proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur, Kota Semarang pada Jumat (5/1/2018).
“Saya ingin mengilangkan lagu Semarang Kaline Banjir yang sudah seperti lagu yang menjadi ikon kota Semarang yang menceritakan kondisi kota Semarang sekarang. Tetapi dengan adanya rekayasa kanal banjir timur kali ini, banjir tidak akan kemana-mana dan bisa teratasi,” ungkap Ganjar dikutip pada laman resmi milik Pemkot Semarang.
Namun banjir terus menerus menyambangi Kota Semarang.
Pada Februari 2021, banjir bahkan sempat merendam kantor Pemprov Jateng tempat Ganjar beraktivitas.
Tak hanya kantor Gubenrnur Jateng, kawasan Simpang Lima Semarang dan sejumlh jalan protokol juga terendam banjir hingga mencapai lutut orang dewasa.
Bahkan polisi sempat menutup sementara Jalan Pahlawan hingga Simpang Lima karena genangan air terpantai cukup tinggi. Arus lalu lintas pun dialihkan untuk mengurangi kemacetan.
Baca juga: Banjir Rob di RW 016 Tambakrejo Semarang Mulai Surut, Warga Sudah Kembali Beraktivitas
Kota Semarang memiliki beberapa julukan. Salah satunya adalah Venetia van Java atau Venesia dari Jawa karena banyak sungai yang melintas di tengah kota seperti Vensia di Italia.
Selain itu, Kota Semarang juga dijuluki sebagai The Port of Java atau pelabuhannya Jawa yang pernah menjadi slogan untuk pemasaran pariwisata Kota Semarang.
Di Buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempoe Doeloe yang disusun oleh Zaenuddin HM, diceritakan asal muasal nama Semarang.
Baca juga: Asal Usul Semarang, Venetia van Java dan Cerita Raden Pandan Arang
Pada abad 16, Made Pandan, seorang pangeran dan Kesultanan Demak pergi ke daerah baru untuk menyebarkan ajaran agama islam.
Ia kemudian tiba di daerah Bergota dan mendirikan pesantren dibantu sang putra yang bernama Raden Pandan Arang.
Bergota yang menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Kuno adalah cikal bakal Semarang yang sudah ada sejak abad ke-8.
Kala itu, Bergota (Pragota) adalah sebuah pelabuhan dengan gugusan pulau-pulau kecil.
Karena adanya pengendapan, maka gugusan pulau kecil tersebut menyatu dan membentuk daratan baru yang diperkirakan berada di bagian Semarang Bawah.
Baca juga: Banjir Rob di Semarang, Pemkot Siapkan 3.000 Makanan Siap Saji
Daerah Bergota semakin subur dan tumbuhlah pohon asam yang tumbuhnya arang (jarang). Lalu daerah tersebut disebuh Asem Arang (asam jarang) dan lama kelamaan dikenal dengan sebutan Semarang.
Kawasan itu dipimpin oleh Made Pandan yang memiliki gelar Kyai Ageng Pandang Arang I dan dilanjutkan dengan sang putra yang bergelar Pandang Arang II.
Sang puttra dikenal sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II. Di bawah kepimpinannya, Semarang tumbuh dengan pesat.
Pada 2 Mei 1547, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 954 H, Semarang dijadikan setingkat kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya dari Pajang setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga.
Sejak saat itu, 2 Mei ditetapkan sebagai hari jadi Kota Semarang.
Baca juga: Ada Banjir Rob, Bagaimana Layanan Kereta Api di Stasiun Semarang?
Hal tersebut dikutip dalam jurnal Banjir Bandang di Kodya Semarang Tahun 1990 yang ditulis Eko Hari Priyanto dan Nawiyanto, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember.
Disebutkan kerugian dari banjir bandang di Semarang yang terjadi pada tahun 1990 mencapai 8,5 miliar.
Bahkan ketebalan lumpur sekitar 2-3 meter. Selain itu disebutkan ada 782 rumah rusak dengan korban belasan jiwa.
Baca juga: “Ngangsur Motor Empat Tahun, Kalah Dirusak Banjir Rob”
Banjir dipicu luapan Sungai Kaligarang yang datang dari arah Gunungpati dan Ungaran. Aliran deras mengaslir ke daerah yang lebih rendah seperti Sampangan, Semarang Selatan dan Bongsari, Semarang Barat.
Banjir yang datang adalah siklus 10 tahunan dan banjir tahun 1990 mengingatkan masyarakat Semarang pada banjir serupa di tahun 1980.
Sementara dalam jurnal Kajian Banjir Rob di Kota Semarang (Kasus: Dadapsari) yang ditulis Lilik Kurniawan disebutkan banjir terutama rob mengancam sekitar 1.346 hektare kawasan di Semarang.
Banjir akan menjadi disaat gaya tarik bulan berada di puncak kekuatannya. Lilik juga menuliskan ada beberapa yang menyebabkan parahnya banjir rob di Kota Semarang.
Baca juga: Fenomena Perigee Disebut Jadi Penyebab Banjir Rob Pesisir Jateng, Apa Itu?
Yang pertama adalah topografi yang tidak seragam dan membuat kawasan tanah yang jenuh di kawasan pesisir memiliki kemiringan relatif dasar. Topografi tidak seragan membuat tempat memiliki ketinggian lebih rendah dari pasang maksimum.
Batas antara tempat tersebut dengan laut memungkinkan terjadinya interusi air laut.
Penyebab kedua adalah penurunan tanah. Lilik menyebut dari faktor penurunan tanah ada dua teori yang mendukung.
Salah satunya adalah groundwater pumping. Dengan melimpahnya air tawar dalam patahan geologi di perut bumi Kota Semarang, menjadi pendorong industri di kawasan pesisir mengambil air tanah secara terus menerus hingga terjadi penurunan tanah.
Baca juga: Viral, Video Detik-detik Tanggul Tanjung Emas Semarang Jebol
Hal lain menyebabkan parahnya banjir rob di Kota Semarang adalah bertambahnya tinggi permukaan laut akibat pemasana global. Disebutkan dalam penelitian Puslitbang Permukiman dan Prasarana Wilah, sejak tahun 2002, permukaan air lait di kawasan pesisir Semarang mengalami kenaikan hingga 5 mm setiap tahun.
Penyebab parahnya banjir adalah tingginya sedimentasi akibat perubahan tata guna lahan di Semarang Atas, sampah di dasar sungai, sistem drainase yang tidak tepat/tidak terawat hingga curah hujan dan fenomen alam lainnya yang secara tak langsung memperparah terjadinya banjir rob.
Baca juga: Analisis Faktor Penyebab Banjir Rob di Pantura Jateng
Hingga Mei 2022. Banjir masih rutin menyambangi Kota Semarang dan beberapa wilayah di Jawa Tengah. Sepeti lirik lagu jawa yang dipopulerkan Waldjinah. Semarang Kaline Banjir...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.