Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Pusat dan Daerah Timpang, Pemkab Garut Klaim Angka Stunting Daerahnya 7 Persen

Kompas.com - 12/05/2022, 17:00 WIB
Ari Maulana Karang,
Reni Susanti

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat, prevalensi angka stunting atau gagal tumbuh di Kabupaten Garut sebesar 43 persen atau tertinggi di Jawa Barat. 

 

Sementara, hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Garut sebesar 35 persen.

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengaku telah melakukan updating data pada 2021. Saat ini prevalensi stunting di Garut hanya 7 persen atau setara dengan 13.000 anak. 

"Menurut pusat, datanya itu sampai 35 persen, makanya sekarang kami update lagi datanya, karena yang sebenarnya di kami itu hanya 7 persen," jelas Rudy usai meninjau pusat data Bangga Centre di kantor Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Garut, Kamis (12/5/2022). 

Baca juga: Viral Video Penculik Anak di Tulang Bawang Lampung Ditangkap dan Mengaku, Ini Penjelasan Polisi

Rudy menegaskan, lewat Bangga Centre, pihaknya akan terus melakukan updating data stunting hingga satu bulan sekali lewat proses penimbangan Balita.

Angka 7 persen sendiri, menurutnya didapat dari hasil pendataan tahun 2021.

"Data ini (Bangga Centre) sudah by name by address, makanya kita akan selesaikan," beber dia.

Rudy menambahkan, angka prevalensi stunting ini, bisa saja terus mengalami perubahan karena terus diperbaharui.

"Setelah diperbaharui, bisa saja angkanya berkurang jadi 8.000 misalnya atau bisa juga bertambah jadi 25.000, makanya perlu update data," katanya.

Baca juga: Pikap Mendadak Mogok di Rel, Dihantam Kereta dan Terseret 1 Km hingga Terbakar, Sopir Selamat

Kepala Dinas P2KBP3A, Yayan Waryana mengungkapkan, data prevalensi stunting hasil pendataan tahun 2021 sebesar 7 persen.

Data tersebut merupakan hasil pendataan yang dilakukan jajarannya dari hasil penimbangan balita yang dilakukan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) se-Kabupaten Garut.

Dinas P2KBP3A sendiri, menurut Yayan, menjadi bagian dari Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Garut yang dalam waktu dekat akan menggerakan 5.900 lebih kader pendamping keluarga untuk mendukung program zero stunting.

"Jadi zero stunting maksudnya bukan angka stunting nol persen, tapi bagaimana mencegah adanya angka stunting baru," tutur dia.

Program Percepatan Penurunan Stunting sendiri, menurutnya telah menjadi program prioritas pemerintah pusat yang dilakukan secara terpadu antar berbagai dinas dengan data terintegrasi yang ada di Sistem Pembangunan Keluarga dengan Koneksitas link (Sibangga-Link).

"Bulan ini kita akan mulai gerakan 5.900 lebih kader keluarga atau satgas stunting untuk memberi dampingan, sosialisasi dan pendampingan pada keluarga yang risiko tinggi stunting," tutur dia.

Baca juga: Masa Jabatan Berakhir, Dominggus Mandacan dan Wakilnya Pastikan Maju dalam Pilkada 2024 di Papua Barat

Kader pendamping keluarga atau Satgas Stunting ini, menurut Yayan, merupakan gabungan antara tenaga kesehatan, kader PKK, dan kader Keluarga Berencana (KB), selain keluarga risiko tinggi stunting ada juga target calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca-hamil, dan balita.

"Ini upaya pencegahan, dimulai sejak calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca-hamil dan balita," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya'

"Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya"

Regional
 Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Regional
Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Regional
Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Regional
Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Regional
Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Regional
Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Regional
Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Regional
20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

Regional
Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Regional
Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Regional
Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Regional
Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Regional
4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

Regional
Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com