KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Dr. Gulat ME Manurung, MP., CIMA,CAPO, menjelaskan kondisi petani kelapa sawit pasca-pelarangan ekspor bahan baku minyak goreng (CPO) nasib petani sawit merugi.
Keresahan para petani sawit tersebut bertambah karena ulah para pengelola pabrik kelapa sawit (PKS) yang "curang" dalam memainkan harga.
Selain itu, kondisi ini diperparah dengan anjloknya harga tandan buah segar (TBS) anjlok hingga 60 persen di saat para petani akan menyambut lebaran.
Baca juga: Dampak Pelarangaan Ekspor CPO dan Minyak Goreng, Apkasindo: Kami Petani Sawit Hancur Lebur
"Jika tidak ada penjelasan dan tindakan tegas kepada pabrik kelapa sawit (PKS) nakal, apa boleh buat, saya sudah kehabisan jawaban kepada petani sawit di 22 Provinsi yang marah karena kondisi ini", katanya kepada Kompas.com, Selasa (26/4/2022).
"Situasi memang mepet ke lebaran. Maka kami dari 146 DPD Apkasindo Kab/Kota dari 22 DPW Provinsi, akan demo secara virtual," tambah Gulat.
Baca juga: Harga Anjlok, Petani Sawit di Seluma Bengkulu Biarkan Buah Membusuk
Menurut Gulat, pasca-kebijakan pelarangan ekspor CPO dan minyak goreng oleh Presiden Joko Widodo, kementerian terkait seharusnya sudah mengantisipasi anjloknya harga TBS.
Namun kenyataannya, kata Gulat, justru muncul isu bahwa larangan ekspor CPO identik dengan pengurangan kebutuhan TBS dalam jumlah yang besar.
"Itu informasi yang sesat. Tetapi sangat disayangkan sekali "tidak satupun kementerian terkait yang meluruskan pasca Pidato Presiden Jokowi" inilah roh permasalahannya. Sehingga terjadilah seperti saat ini harga TBS kami jatuh ambruk sampai 60%, dipermainkan," kata Gulat.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.