Yatno sudah melakoni usahanya membuat onde-onde sejak 10 tahun yang lalu.
Namun, sejak minyak goreng mengalami kelangkaan, produksi onde-onde Yatno terganggu.
Tidak setiap hari dirinya membuat onde-onde.
Yatno bahkan terpaksa mengambil libur dua hari sekali untuk mengantre membeli minyak goreng.
Sebab, untuk sekali produksi onde-onde, Yatno bisa menghabiskan dua jeriken minyak goreng ukuran 17 kilogram.
"Minyak goreng yang kemasan mahal. Sekarang yang curah lebih antre lagi, lebih susah lagi. Saya sehari dua jeriken habis," ungkap dia.
Warga lainnya, Mariyatun harus mengantre demi mendapatkan minyak goreng sejak malam hari. Mariyatun meninggalkan jerikennya di lokasi, kemudian dirinya baru kembali ke toko pukul 08.00 WIB.
"Tadi malam saya mengantrekan jeriken ke sini. Pukul 08.00 WIB kembali lagi ke sini ambil nomor antrean. Tadi dapat nomor antrean 10," kata warga Semanggi tersebut.
Baca juga: KPPU Ancam Sanski Denda Rp 1 M Pelaku Praktik Tying Minyak Goreng
Dia mengaku baru sekali membeli minyak goreng sampai mengantre lama. Minyak goreng tersebut dipakai untuk menggoreng kerupuk karak.
"Saya ikut bantu paklik jualan kerupuk karak. Biasanya yang beli minyak paklik. Dari tadi pagi antre baru siang ini dapat minyak goreng," ungkap dia.
Pemilik Toko Sumber Jaya Pasar Gede Solo, Leni mengatakan, setiap hari menyetok 10 drum minyak goreng curah.
Saking banyaknya pembeli, 10 drum minyak goreng yang disiapkan tersebut langsung habis.
"Harganya Rp 15.500 per kilogram. Masih sesuai pemerintah," kata dia.
Menurut dia dalam sehari disediakan 100 nomor antrean dan khusus untuk warga Solo.
Setiap pembeli diberikan nomor antrean dan menyerahkan fotokopi identitas kartu tanda penduduk (KTP).
"Sementara KTP Solo. Sebagain ada yang sudah berlangganan dan ada yang baru," terang Leni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.