PURWOREJO, KOMPAS.com - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sempat mengklaim tidak ada gagal panen (puso) akibat banjir.
Namun berdasarkan data terakhir, kerugian sektor pertanian yang terinventarisasi mencapai Rp 19.4 Miliar.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Purworejo Eko Anang menerangkan, ada sekitar 1.945 hektar tanaman padi dan palawija yang terdampak banjir secara langsung dalam beberapa hari lalu.
Baca juga: Banjir Rendam Rendam 3.121,3 Hektar Sawah, Pemkab Purworejo Klaim Tak Ada Gagal Panen
Sebaran ribuan hektar lahan pertanian yang terdampak ada di tujuh kecamatan dalam Kabupaten Purworejo.
"Benar tidak puso tetapi tetap terjadi kerusakan ringan, sedang dan berat," kata Eko pada Selasa (22/3/2022).
Tanaman padi dan palawija yang terdampak banjir disebut terbagi atas tiga kategori, kerusakan ringan seluas 570 hektar, sedang 242 hektar dan berat 1.133,5 hektar.
Kategori rusak berat paling banyak di Kecamatan Grabag mencapai 645 hektar, kemudian Kecamatan Butuh 350 hektar, dan Kecamatan Pituruh 134,5 hektar.
"Untuk komoditas padi yang terdampak banjir meliputi Kecamatan Pituruh, Banyuurip, Butuh, Kemiri, dan Grabag. Sementara palawija (kacang tanah, cabai, dan jagung) total yang terdampak langsung ada 31 hektar tersebar di wilayah Kecamatan Purwodadi, Bagelen, dan Pituruh," katanya.
Baca juga: Jalan Purworejo-Magelang Rusak Parah, Warga Tanami Pisang dan Pasang Tulisan Sindir Pemerintah
Sementara itu untuk nilai kerugian paling banyak dialami oleh petani daerah Kecamatan Pituruh dengan nilai 12,2 miliar dan diikuti oleh Grabag dengan total nilai kerugian mencapai 3,8 miliar.