BLORA, KOMPAS.com - Masyarakat Samin atau yang dikenal juga sebagai masyarakat sedulur sikep mengadakan acara peringatan satu abad perjuangan Samin Surosentiko.
Salah seorang tokoh Sedulur Sikep, Gun Retno dalam bahasa jawanya mengatakan, tidak ada kepentingan apapun dalam kegiatan tersebut kecuali ingin mengajak para masyarakat sedulur sikep untuk memperingati perjuangan Samin Surosentiko melawan kolonialisme.
"Saudara-saudara semuanya saya ajak memperingati perjuangannya Mbah Samin Surosentiko," ucap Gun Retno, kepada masyarakat yang hadir di Pendopo Pengayoman, Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Blora, pada Selasa (15/3/2022).
Pria asal Pati tersebut juga menceritakan perjuangan Samin Surosentiko dalam memperjuangkan nasib masyarakat kecil.
Baca juga: Pipa Minyak Bocor di Blora, Ini yang Dilakukan Pertamina
Dia mengatakan, pada tahun 1907, raja-raja Jawa lebih berpihak pada kolonial Belanda daripada rakyatnya.
Bahkan, tak sedikit dari raja Jawa yang melupakan rakyatnya.
Kemudian, ada seorang pejuang bernama Samin Surosentiko yang memberikan ruang bagi wong cilik untuk sekadar berkeluh kesah atas nasib yang mereka alami.
"Mbah Samin menjadi tempat mengadu dan bisa menjadi pengayom bagi masyarakat kecil," kata dia.
Maka dari itu, tepat pada 15 Maret 2022, dirinya mengajak para masyarakat sedulur sikep untuk menapaktilasi tempat Mbah Samin Surosentiko memberikan pengayoman bagi masyarakat pada masa lalu.
"Di sini ada yang namanya Pendopo Pengayoman, memberikan pengayoman dan membuat nyaman, kalau bisa tempat ini bisa membebaskan masalah-masalah yang ruwet bagi wong cilik di bidang pertanian, lingkungan, bahkan persaudaraan. Musyawarah mufakat, biar menemukan rasa kekeluargaan," terang dia.
Pada kegiatan itu, Gun Retno juga menceritakan kepada sedulur sikep terkait perjuangannya mendapatkan tempat yang diyakini sebagai lokasi Samin Surosentiko dalam memberikan pengayoman kepada masyarakat.
Dirinya juga berterima kasih kepada keturunan Samin Surosentiko yang rela tanahnya digunakan sebagai Pendopo Pengayoman.