Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Makepung di Jembrana, Bali, Sejarah, Makna, dan Tujuan

Kompas.com - 10/03/2022, 11:56 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Tradisi Makepung adalah permainan balapan kerbau yang dilakukan masyarakat petani di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.

Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun, sehingga tradisi ini telah menyatu dengan kehidupaan masyarakat sekitar.

Biasanya, tradisi dilakukan saat musim tanam padi sebagai sarana hiburan dan pengisi waktu luang. Tradisi ini juga dapat dilakukan saat panen raya.

Makepung telah menjadi identitas Jembrana yang dikenal sebagai 'daerah buangan' bagi masyarakat 'pembangkan'. Selain itu, Jembrana dikenal sebagai daerah yang heterogen dan lebih terbuka terhadap perubahan.

Di sisi lain, makepung juga memiliki arti sebagai olah raga gaya petani Bali lawas. Tradisi ini untuk memupuk semangat dan kegigihan dalam berjuang meraih impian.

Sejarah Makepung

Awal-usul makepung merupakan upaya para buruh padi untuk mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan. Inspirasi Makepung dari keisengan belaka.

Baca juga: Apa Itu Makepung? Kamu Harus Tahu, Datanglah ke Jembrana!

Para buruh angkut padi bersepakat untuk mengadakan semacam lomba adu cepat di atas Cikar-cikar (pedati) sebagai pengangkut hasil panen.

Dimana, pedati tersebut tarik Satu Akit Kerbau (sepasang kerbau) yang penuh dengan muatan padi hasil panen raya dari sebidang tanah yang mereka garap. Jarak tempuhnya sepanjang subak.

Awalnya Makepung ini hanyalah permainan para petani di Kabupaten Jembrana, Bali, yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah saat musim panen.BARRY KUSUMA Awalnya Makepung ini hanyalah permainan para petani di Kabupaten Jembrana, Bali, yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah saat musim panen.

Sambil bersorak penuh gelak canda di saat sore menjelang malam, para buruh yang mengangkut berpikul-pikul padi hasil panen pun menjadi semarak.

Ternyata, makepung tersebut memberikan dampak positif terhadap para buruh bahkan kerbau yang mengangkut pedati.

Akhirnya, lomba adu cikar pengangkut padi, yang berawal dari Desa Buluk, Desa Banyubiru, dan Desa Kaliakah, berkembang menjadi atraksi pakepungan.

Diperkirakan, adu cikar ini sudah muncul sekitar 1920-an.

Atraksi Makepung

Makepung yang dikenal sebagai Lomba Pacu Kerbau Khas Jembrana, sejatinya lomba ini merupakan tradisi agraris sebagai salah satu bentuk penyeimbang keberadaan subak sebagai organisasi pengelolaan air.

Baca juga: Mulai Bosan Berlibur ke Bali? Coba Nonton Makepung...

Tradisi ini telah menjadi atraksi makepung yang dikenal saat ini. Atraksi makepung merupakan puncak rangkaian pesta rakyat yang diselenggarakan di sebuah tempat yang disebut Arean Pakepungan.

Selain itu, atraksi makepung juga merupakan puncak kegembiraan masyarakat agraris di Kabupaten Jembrana sebelum memasuki musim tanam berikutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Blora: Pembangunan Ruas Jalan Jepon-Bogorejo Senilai Rp 6,48 Miliar

Bupati Blora: Pembangunan Ruas Jalan Jepon-Bogorejo Senilai Rp 6,48 Miliar

Regional
Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Regional
Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Regional
Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Regional
BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

Regional
Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Regional
Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com