Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peresean, Tradisi Pertarungan Dua Prajurit yang Berasal dari Adat Suku Sasak di Lombok

Kompas.com - 09/03/2022, 14:37 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Suku Sasak di Lombok mengenal sebuah tradisi berupa pertarungan yang disebut peresean atau perisaian.

Tradisi peresean dilakukan oleh dua orang pria dari suku sasak yang bertarung layaknya gladiator.

Baca juga: Mengenal Tradisi Peresean, Budaya Adu Cambuk dari Lombok

Menjadi tradisi yang terdengar mengerikan cukup menarik, penonton juga harus memiliki nyali untuk melihat pertunjukkan ini.

Tradisi Peresean Lombok

Dilansir dari laman rri.co.id, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara barat ini masuk ke dalam jenis pertunjukan seni tari daerah.

Penari disebut pepadu yaitu orang yang akan mengadu kekuatan dalam arena pertarungan peresean.

Baca juga: Bau Nyale dan Pelajaran Berharga dari Putri Mandalika

Pepadu akan diberi senjata berupa rotan yang disebut penjalin sebagai alat pemukul, dan sebuah tameng perisai berbentuk persegi yang bernama ende.

Dikutip dari laman resmi disbudpar.ntbprov.go.id, para pepadu hanya akan mengenakan celana yang dibalut dengan kain penutup khas Lombok dan mengenakan ikat kepala.

Baca juga: Cerita Putri Mandalika dari Kerajaan Lombok dan Tradisi Bau Nyale

Keduanya pun tidak mengenakan baju atau atasan dan hanya akan bertelanjang dada.

Para pepadu akan mulai beradu kekuatan dengan iringan suara musik tabuhan dengan diawasi oleh seorang wasit peresean yang dikenal dengan nama pekembar.

Terdapat dua pekembar yang berada pada suatu peresean yaitu pekembar sedi di luar arena dan pekembar tengah di tengah arena.

Jika salah satu pepadu mengeluarkan darah maka akan dianggap kalah, sehingga pemenang bisa langsung ditentukan.

Sementara jika dalam lima ronde belum ada pepadu yang kalah, maka keputusan siapa pemenangnya berada di tangan para pekembar.

Sejarah Tradisi Peresean

Dua pemain peresean (pepadu) bertarung dalam kesenian tradisional presean di Desa Ende, Lombok, NTB, Minggu (26/11/2017). ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF Dua pemain peresean (pepadu) bertarung dalam kesenian tradisional presean di Desa Ende, Lombok, NTB, Minggu (26/11/2017).

Sejarah peresean adat Lombok ternyata tidak sekadar menjadi aksi adu kekuatan namun memiliki nilai-nilai dan maksud tersendiri.

Selain sebagai bagian dari pertunjukan, sejarah peresean Suku Sasak tak lepas dari maksud dilaksanakannya tradisi ini pada zaman dahulu.

Dirangkum dari laman bobo.grid.id, terdapat dua alasan yang mendasari dilakukannya tradisi peresean.

Pertama adalah untuk menyeleksi para prajurit di masa berdirinya Kerajaan Lombok.

Para pemenang peresean inilah yang dianggap sebagai kandidat terkuat dan dipilih sebagai prajurit.

Kedua adalah sebagai tradisi untuk meminta hujan yang dilakukan pada bulan ke-7 kalender Suku Sasak.

Hal ini karena ketika pepadu meneteskan darah ke tanah maka dipercaya bahwa hujan akan turun pada saat itu juga.

Pergeseran makna peresean dari seni bela diri menjadi pertunjukan seni tari memang terjadi, namun hal ini tidak mengurangi makna tradisi ini secara keseluruhan.

Sumber:
bobo.grid.id 
pesonaindonesia.kompas.com 
rri.co.id 
disbudpar.ntbprov.go.id 
antaranews 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Regional
Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Regional
[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

Regional
Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Regional
Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Regional
Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Regional
Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Regional
Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Regional
Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Regional
Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Regional
Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Regional
Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Regional
Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Regional
Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Dituntut 5 Tahun, Kades di Serang Banten Divonis Bebas Kasus Pemalsuan

Regional
Beredar Surat Berkop DPRD Lebak Minta Loloskan 29 Anggota PPK Pilkada 2024

Beredar Surat Berkop DPRD Lebak Minta Loloskan 29 Anggota PPK Pilkada 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com