BENGKULU, KOMPAS.com - Seekor harimau dengan kondisi mengenaskan, kurus dan terlihat lelah terlihat warga sedang melintas di Jalan Raya Bukit Resam, perbatasan Kabupaten Lebong menuju Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, Senin (21/2/2022)
Andi, warga Desa Tik Teleu, Kabupaten Lebong salah seorang yang sempat mengambil foto harimau itu mengaku melihat harimau mengiringi mobilnya dalam kondisi kurus, tertatih.
"Memang benar saya yang foto dalam kondisi takut. Saat itu harimau dalam kondisi kurus dan mengejar mobil," jelas Andi, Selasa (22/2/2022).
Baca juga: Petani di Aceh Berhasil Selamat Setelah Diterkam Harimau
Kepala Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Bukit Daun Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Bengkulu Yudi Riswanda membenarkan kemunculan harimau di Bukit Resam.
Harimau pertama kali terlihat pada hari Senin (21/2/2022 ) sore dan kemunculan kedua, Selasa (22/2/2022) sekitar jam 12 siang.
Tindakan selanjutnya atas kemunculan sang raja rimba tersebut, pihak KPHL Bukit Daun melakukan patroli dan memberi informasi serta imbauan kepada masyarakat desa sekitar tentang keberadaan harimau Sumatera yang ada di kawasan hutan yang sudah menjadi areal perkebunan masyarakat.
"Bukit Resam merupakan habitat alami harimau Sumatera yang saat ini semakin terancam oleh aktivitas perkebunan masyarakat dan jika Harimau itu muncul mendekati pemukiman atau desa, biasanya dikarenakan tempatnya mencari makan terganggu oleh pembukaan lahan kawasan hutan di daerah tersebut," ujar Yudi Riswanda, Kepala KPHL Bukit Daun Dinas LHK Provinsi Bengkulu.
Baca juga: Seorang Pria Tewas Mengenaskan, Diduga Diterkam Harimau Sumatera di Riau
Selain itu kata Yadi, harimau tersebut masuk ke ladang dan pemukiman warga, juga dipengaruhi maraknya kegiatan perburuan melalui pemasangan jerat untuk satwa mangsa. Masyarakat menjerat kijang dan babi yang merupakan makan utama harimau.
Sementara itu, Efriyadi anggota Yayasan Lingkar Inisiatif sebuah yayasan konservasi harimau sumatera di Bengkulu menyebutkan, kondisi harimau sumatera di Bengkulu sangat terjepit akibat kerusakan hutan, perkebunan dan menipisnya makanan yang tersedia.
"Atas temuan ini kami akan bekerjasama dengan instansi terkait melakukan pemantauan di lokasi. Pada masyarakat untuk tidak melukai atau membunuh satwa kharismatik tersebut," demikian Eef.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.