KOMPAS.com - Buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), ditangkap. Ban yang melilitnya sejak 2016 akhirnya berhasil dilepaskan.
Lalu, siapa penangkap buaya berkalung ban itu?
Sosok tersebut bernama Tili.
Pria asal Sragen tersebut menangkap si buaya di bantaran Sungai Palu, sekitar Jembatan 2, Jalan I Ngurah Rai, Kecamatan Palu Selatan, Palu, Senin (7/2/2022).
Ternyata, sudah tiga pekan ini dia berniat menangkap buaya berkalung ban.
"Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ujarnya, Senin, dilansir dari Tribun Palu.
Baca juga: Buaya Berkalung Ban di Palu yang Viral Akhirnya Tertangkap, Ini Sosok yang Mampu Menangkapnya
Untuk menangkap buaya tersebut, Tili menggunakan umpan yang diikat tali.
Ujung tali lainnya diikat ke batang kayu besar yang ada di sekitar sungai. Langkah ini untuk memudahkannya menarik buaya saat umpan itu dicaplok.
"Kadang umpannya merpati, kadang ayam," ucapnya.
Senin petang, Tili memasang umpan dan berhasil menangkap buaya tersebut.
Ketika buaya berhasil ditarik ke darat, Tili dengan sigap mengikat buaya sepanjang 4 meter itu.
"Sempat lepas dua kali dari umpan, setelah maghrib baru berhasil," ungkapnya.
Ban itu dilepaskan dengan cara digergaji. Untuk melepaskan ban tersebut, Tili dibantu oleh warga.
Baca juga: Cerita Hili Tangkap Buaya Berkalung Ban: 3 Pekan Sabar Menunggu Umpan Merpati Dimakan
Kisah buaya berkalung ban sepeda motor ini mulai diketahui pada 2016.
Kemunculannya di pinggir Sungai Palu menjadi perhatian warga.
Berdasarkan keterangan masyarakat, ada yang mencurigai ban tersebut masuk di leher buaya karena tidak sengaja.
Ada pula yang menyebutkan bahwa ban itu sengaja dipasangkan di leher buaya itu.
“Saya dengar buaya ini dipancing, tetapi kemudian terlepas,” tutur salah seorang warga, Miswati, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 21 September 2016.
Baca juga: Buaya Berkalung Ban Motor Muncul di Sekitar Sungai Palu
Sejumlah pencinta satwa pernah mencoba untuk melepaskan ban dari buaya itu. Salah satunya adalah Panji si Petualang.
Bersama timnya, Panji mendatangi Palu pada 2018. Namun, Panji masih kesulitan menentukan cara menangkap buaya.
Baca juga: Giliran Forrest Galante Unjuk Gigi Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu
"Kita bisa saja pakai pancing dengan menggunakan umpan daging, cuma posisinya kalau pakai kail takutnya mulut buaya bisa terluka. Atau bisa juga saya berenang sampai onggokan pasir dimana buaya berkalung ban itu berjemur, kemudian kita jerat pake tali, cuma memang resikonya besar," paparnya, 21 Januari 2018.
Selain itu, di tempat yang sama, Panji melihat ada buaya lain.
"Karena selain arusnya deras, saya juga berpikir karena ada satu buaya lagi yang besarnya sama, juga sedang berjemur. Jangan sampai saya nantinya yang diselamatkan,” sebutnya.
Sejak 2016, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng telah melakukan berbagai upaya untuk melepaskan ban di leher buaya.
Salah satu usaha yaitu dengan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng. Akan tetapi, usaha itu tak berhasil.
Lalu, pada 2020, BKSDA Sulteng menggelar sayembara.
"Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," terang Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni Hasmar, 28 Januari 2020.
Sayembara ini diadakan karena BKSDA Sulteng tidak punya cukup sumber daya untuk mencari buaya itu.
Baca juga: BKSDA Palu Gelar Sayembara untuk Bebaskan Buaya Berkalung Ban Bekas
Selain itu, BKSDA Sulteng menyelenggarakan sayembara ini setelah ada instruksi dari Gubernur Sulteng kala itu, Longki Djanggola.
Sayembara akhirnya ditutup karena sepi peminat.
BKSDA lantas membentuk satgas untuk menangkap buaya tersebut.
Pada awal Februari 2020, BKSDA Sulteng memanggil dua ahli satwa asal australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson.
Matt adalah pengisi acara dalam salah satu program di National Geographic.
Ia dikenal berpengalaman dalam pemindahan satwa liar yang masuk ke kawasan permukiman. Ia juga disebut sudah menangkap puluhan buaya.
Baca juga: Matt Wright Pulang ke Australia, Buaya di Sungai Palu Masih Berkalung Ban
Untuk menangkap buaya berkalung ban, Matt Wright dan rekannya, Chris Wilson, membuat perangkap ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter.
Jebakan tersebut dipasang di Jembatan 2, Jalan Gusti Ngurah Rai, Palu, dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup.
Baca juga: Coba Tangkap Buaya Berkalung Ban, Forrest Galante Punya Banyak Metode
"Saya berharap trap ini bisa berhasil berdasarkan pengalaman kami di lapangan. Sudah banyak buaya yang kami tangkap dengan menggunakan trap atau jebakan ini," bebernya, 11 Februari 2020.
Selain cara di atas, upaya lainnya yakni menerbangkan umpan memakai drone.
Hingga berakhirnya operasi satgas penyelamatan satwa liar tahap 1 ini, upaya Matt dan tim satgas belum membuahkan hasil.
Baca juga: Setelah Matt Wright Gagal, Kini Tim Discovery Channel Coba Tangkap Buaya Berkalung Ban
Sosok lainnya yang coba menyelamatkan buaya berkalung ban adalah Forrest Galante dan tim Discovery Channel.
Pembawa acara Extinct or Alive on Animal Planet ini mulai beraksi pada 12 Maret 2020.
Untuk menyelamatkan buaya tersebut, Forrest dibantu oleh pakar buaya bernama Jamal.
Baca juga: Imbas Corona, Forrest Galante Hentikan Penyelamatan Buaya Berkalung Ban
Petualang luar ruangan asal Amerika Serikat itu menyiapkan bermacam alat.
"Alat yang kami bawa ini merupakan alat yang kami gunakan di Afrika, Amerika Utara dan Selatan, Australia dan banyak tempat lainnya. Dan kami akan gunakan dengan cara yg cepat, tepat dan aman untuk menyelamatkan buaya dan melepas ban di lehernya," jelasnya, 10 Maret 2020.
Selain itu, Forrest juga menggunakan sejumlah metode.
Baca juga: Kantongi Izin, Forrest Galante Segera Terjun ke Sungai Palu untuk Tangkap Buaya Berkalung Ban
"Kita akan gunakan harpoon, ada jala, perangkap, tali, jaring, banyak metode yang berbeda, dan jika sudah memahami situasi dan hewannya, saya baru bisa bilang apa cara yang akan dipakai untuk menangkapnya dan kemungkinan menggabungkan beberapa cara," tuturnya.
Akan tetapi, karena pandemi Covid-19, upaya melepaskan buaya berkalung ban terhenti karena Forrest harus kembali ke negara asalnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Palu, Erna Dwi Lidiawati | Editor: Caroline Damanik, Teuku Muhammad Valdy Arief, David Oliver Purba, Kharina, Dony Aprian)
Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Penampakan Ban yang Melilit Leher Buaya Viral di Palu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.