Sumar, warga Dusun Congapan, Desa Karangbayat, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, Jawa Timur melapor ke perangkat desa jika menemukan mayat di rumahnya pada Selasa (10/3/2020).
Mayat tersebut adalah Zeli (55), yang tak lain menantu Sumar.
Dari hasil pemeriksaan, Zeli tewas dibunuh oleh Sumar dengan cara dicekik. Lalu mayat Zeli disimpan di dalam rumah selama emat hari.
Kepada polisi, Sumar bercerita jika ia sakit hati sering diolok-olok oleh Zeli dan disebut masih menumpang di rumah warga.
Saat pembunuhan terjadi, Tiana, istri Sumar sedang ada di rumah. Namun sang istri tak memiliki peran apapun dalam kasus tersebut.
Baca juga: Polisi Periksa Istri Sumar, Tersangka Pembunuhan Menantu Sendiri
Ternyata mayat A sudah disimpan selama empat bulan orang orangtuanya yakni M dan S.
Mereka menyimpang mayat A karena yakin sang anak akan hidup kembali seperti yang dikatan H, tetangga mereka yang dikenal sebagai dukun.
Selama empat bulan, M dan S secara berkala membersihkan jasad anak kedua dari empat bersaudara itu dengan tisu dan cotton bud.
Baca juga: Buntut Kasus Bocah Ditenggelamkan hingga Tewas karena Nakal, 4 Orang Jadi Tersangka
Saat ditemukan, kondisi mayat A dalam keadaan kering tersisa kulit dan tulang.
Tetangga tak mencium bau mayat karena M dan S selalu menyemprot pengharum ruangan dan meletakkan banyak kapur barus.
Apalagi lokasi kamar yang tertutup dan jarak rumah dengan tetangga cukup jauh.
Ternyata A tewas saat menjalani ritual yang dipercaya oleh orangtua A untuk mengusir roh jahat di tubuh anaknya.
Baca juga: Sebelum Ditenggelamkan dan Tewas, Bocah 7 Tahun Disuruh Makan Cabai dan Bunga Mahoni
Ritual yang dilakukan adalah menenggelamkan kepala anak di bak mandi berisi air. Ritual beberapa kali dilakukan sejak Desember 2019.
Selain itu, korban juga dipaksa makan cabai dan mahoni untuk mengusir roh jahat di tubuhnya.
Ritual terakhir yang menewaskan A dilakukan sekitar Januari 2021 sekitar pukul 14.00.
Baca juga: Orangtua Percaya Simpan Mayat Anak Selama 4 Bulan karena Akan Hidup Lagi
Ternyata sudah 3 bulan mayat SA disimpan oleh orangtuanya. SA diduga meninggal dunia karena TBC.
Dugaan tersebut muncul karena SA sempat memeriksakan diri ke rumah sakit pada Januari 2021. Hasilnya ia menederita TBC.
Dari rencana enam bulan pengobatan, SA hanya berobat selama enam bulan.
Saat ditemukan, kondis jenazah sudah mengkerut dan berbau. Selain itu, dari pemeriksaan sementara, tidak ada pengawet semacam formalin di jenazah SA.
Baca juga: 4 Fakta Keluarga di Pemalang Simpan Jasad Bocah Selama 2 Bulan, Yakin Akan Hidup dan Tak Berbau
Kendati sudah meninggal berbulan-bulan, warga sekitar mengaku tidak mencium bau menyengat dari jenazah SA karena jarak antar rumah sekitar 70 meter.
Kematian SA juga tidak diinformasikan kepada guru dan kepala sekolah. Guru dan teman-teman SA di SMP Negeri 3 Moga sempat menengok SA yang menurut orangtuanya sakit.
Namun, mereka tak diizinkan untuk masuk ke dalam rumah oleh orangtua SA.
Berdasarkan informasi, orangtua SA menganut keyakinan khusus. Alasan orangtua SA tidak memakamkan anaknya karena akan menggelar ritual untuk menghidupkan kembali anaknya.
Baca juga: Suami Istri Ketahuan 3 Bulan Simpan Jenazah Anak di Rumah untuk Dihidupkan Kembali
Nurjanah adalah difabel lumpuh dan bisu, sementara suaminya, Ibrahim juga diketahui sebagai difabel bisu.
Kepala Lingkungan Rasabou, Kelurahan Potu, Kabupaten Dompu, NTB, Arahman, selain karena sakit yang diderita, Ibrahim meninggal dunia juga akibat kelaparan.
Sebab selama beberapa hari terakhir pasangan tersebut tidak pernah terlihat membuka pintu rumahnya.
"Masalahnya kunci rumah terus, namanya tunawicara, yang perempuan juga sudah enggak bisa jalan, bayangkan saja sekian lama suaminya meninggal dia kuat tahan bau itu," jelasnya.
Setelah mengurus pemakaman Ibrahim, pemerintah kelurahan kini mengupayakan agar Nurjanah tinggal bersama keluarganya di Kelurahan Dorongao. Karena dengan kondisi Nurjanah yang lumpuh dan tunawicara sulit baginya untuk tinggal seorang diri.
"Kita minta untuk dibawa ke rumah keluarganya, kalau tidak ada inisiatif nanti kelurahan yang akan bawa, kalau tetap tinggal seperti bisa bernasib sama nanti seperti suaminya," kata Arahman.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sukoco, Dendi Ramdhani, Bagus Supriadi, Ika Fitriana, Junaidin | Editor : Dheri Agriesta, Dony Aprian, David Oliver Purba, Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.