Salin Artikel

6 Kasus Simpan Mayat Dalam Rumah, Ada yang Berharap Sang Anak Hidup Kembali

Nurjanah adalah difabel lumpuh dan bisu. Sementara suaminya, Ibrahim juga diketahui sebagai difabel bisu.

Keberadaan mayat Ibrahim diketahui setelah warga sekitar mencium aroma tak sedap dari arah rumah Nurjanah yang selalu terrtutup.

Dan berikut 6 kasus simpan jenazah dalam rumah yang terjadi di beberapa wilayah di Tanah Air:

SA mengaku menyimpan bayi perempuan itu selama tiga bulan.

Kepada petugas ia bercerita melahirkan bayi itu seorang diri di kamar mandi rumah pada Mei 2017 dengan metode waterbirth (di dalam air).

Metode tersebut ia ketahui dari Youtube. Namun ia tak tahu cara menangai bayi pasca-persalinan. Bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup itu pun meninggal dunia.

Ibu satu anak itu mengaku panik dan kalut hingga akhirnya membungkus jasad bayi merah tersebut dengan plastik hitam.

Ia kemudian memasukkan bayi dalam freezer kulkas di rumahnya. Dua hari kemudian, mayat bayi yang sudah membeku itu dipindahkan ke lemari pendingin yang ada di tempat pencucian milik suaminya.

Sebelum dimasukkan ke dalam lemari pendingin, mayat bayi yang sudah membeku itu ditaruh di dalam panci.

Panci itu bercampur dengan bahan makanan lain. Hingga akhirnya mayat bayi itu ditemukan oleh pembantu rumah tangga pada Rabu (2/8/2017) sekitar pukul 19.30 Wita.

Rumah tersebut ditinggali oleh pasangan suami istri Nanung Sobana (86) dan Neneng Hatidjah (77).

Di rumah itu juga tinggal tiga anak mereka yakni Hera Sri Herawati (51), Erna Hendrasari (49), dan Denny Rohmat (43).

Kerangka utuh di dalam rumah tersebut tersebut adalah Nanung dan anaknya, Hera.

Mayat Nanung dan Hera disimpan oleh Neneng untuk sembuhkan santet yang ia percaya diderita oleh Erna Hendrasari, anak keduanya yang menderita sakit TBC

Dua kerangka manusia itu ditemukan pertama kali oleh petugas Puskesmas Melongasih, Zacky Rahman yang akan memeriksa anggota keluarga di rumah tersebut.

Saat itu Neneng menolak diperiksa dengan alasan sang suami sedang tidur. Zacky percaya karena ia melihat seseorang tidur berselimut di ruang tamu.

Di waktu yang berbeda, Neneng kembali diperiksa karena alasan yang sama. Petugas pun curiga apalagi ia mencium bau busuk menyengat di dalam rumah.

Ternyata seorang tertidur itu adalah kerangka Hera yang berada di bawah kerangka Nanung.

Mayat tersebut adalah Zeli (55), yang tak lain menantu Sumar.

Dari hasil pemeriksaan, Zeli tewas dibunuh oleh Sumar dengan cara dicekik. Lalu mayat Zeli disimpan di dalam rumah selama emat hari.

Kepada polisi, Sumar bercerita jika ia sakit hati sering diolok-olok oleh Zeli dan disebut masih menumpang di rumah warga.

Saat pembunuhan terjadi, Tiana, istri Sumar sedang ada di rumah. Namun sang istri tak memiliki peran apapun dalam kasus tersebut.

Ternyata mayat A sudah disimpan selama empat bulan orang orangtuanya yakni M dan S.

Mereka menyimpang mayat A karena yakin sang anak akan hidup kembali seperti yang dikatan H, tetangga mereka yang dikenal sebagai dukun.

Selama empat bulan, M dan S secara berkala membersihkan jasad anak kedua dari empat bersaudara itu dengan tisu dan cotton bud.

Saat ditemukan, kondisi mayat A dalam keadaan kering tersisa kulit dan tulang.

Tetangga tak mencium bau mayat karena M dan S selalu menyemprot pengharum ruangan dan meletakkan banyak kapur barus.

Apalagi lokasi kamar yang tertutup dan jarak rumah dengan tetangga cukup jauh.

Ternyata A tewas saat menjalani ritual yang dipercaya oleh orangtua A untuk mengusir roh jahat di tubuh anaknya.

Ritual yang dilakukan adalah menenggelamkan kepala anak di bak mandi berisi air. Ritual beberapa kali dilakukan sejak Desember 2019.

Selain itu, korban juga dipaksa makan cabai dan mahoni untuk mengusir roh jahat di tubuhnya.

Ritual terakhir yang menewaskan A dilakukan sekitar Januari 2021 sekitar pukul 14.00.

Ternyata sudah 3 bulan mayat SA disimpan oleh orangtuanya. SA diduga meninggal dunia karena TBC.

Dugaan tersebut muncul karena SA sempat memeriksakan diri ke rumah sakit pada Januari 2021. Hasilnya ia menederita TBC.

Dari rencana enam bulan pengobatan, SA hanya berobat selama enam bulan.

Saat ditemukan, kondis jenazah sudah mengkerut dan berbau. Selain itu, dari pemeriksaan sementara, tidak ada pengawet semacam formalin di jenazah SA.

Kendati sudah meninggal berbulan-bulan, warga sekitar mengaku tidak mencium bau menyengat dari jenazah SA karena jarak antar rumah sekitar 70 meter.

Kematian SA juga tidak diinformasikan kepada guru dan kepala sekolah. Guru dan teman-teman SA di SMP Negeri 3 Moga sempat menengok SA yang menurut orangtuanya sakit.

Namun, mereka tak diizinkan untuk masuk ke dalam rumah oleh orangtua SA.

Berdasarkan informasi, orangtua SA menganut keyakinan khusus. Alasan orangtua SA tidak memakamkan anaknya karena akan menggelar ritual untuk menghidupkan kembali anaknya.

Nurjanah adalah difabel lumpuh dan bisu, sementara suaminya, Ibrahim juga diketahui sebagai difabel bisu.

Kepala Lingkungan Rasabou, Kelurahan Potu, Kabupaten Dompu, NTB, Arahman, selain karena sakit yang diderita, Ibrahim meninggal dunia juga akibat kelaparan.

Sebab selama beberapa hari terakhir pasangan tersebut tidak pernah terlihat membuka pintu rumahnya.

"Masalahnya kunci rumah terus, namanya tunawicara, yang perempuan juga sudah enggak bisa jalan, bayangkan saja sekian lama suaminya meninggal dia kuat tahan bau itu," jelasnya.

Setelah mengurus pemakaman Ibrahim, pemerintah kelurahan kini mengupayakan agar Nurjanah tinggal bersama keluarganya di Kelurahan Dorongao. Karena dengan kondisi Nurjanah yang lumpuh dan tunawicara sulit baginya untuk tinggal seorang diri.

"Kita minta untuk dibawa ke rumah keluarganya, kalau tidak ada inisiatif nanti kelurahan yang akan bawa, kalau tetap tinggal seperti bisa bernasib sama nanti seperti suaminya," kata Arahman.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sukoco, Dendi Ramdhani, Bagus Supriadi, Ika Fitriana, Junaidin | Editor : Dheri Agriesta, Dony Aprian, David Oliver Purba, Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2022/01/14/055500978/6-kasus-simpan-mayat-dalam-rumah-ada-yang-berharap-sang-anak-hidup-kembali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke