Hari menambahkan operasional bus ramah difabel ini menyesuaikan dengan jadwal perjalanan BST yakni mulai pagi hingga malam.
Selama satu bulan uji coba penumpang bus ramah difabel tidak dipungut biaya alias gratis.
"Operasionalnya sama seperti BST. Jadi sekali lagi bus itu baru untuk uji coba karena baru prototipe yang dibuat Adi Putro, kebetulan Solo dijadikan tempat untuk uji coba itu. Dan kita beruntung karena Solo sudah dianggap kota ramah difabel," ungkap Hari.
Baca juga: Mobil Listrik Wisata Solo Bakal Buatkan Marka Khusus, Kadishub: Sebagai Pengaman
Terpisah, Ketua Tim Advokasi Difabel Solo, Sri Sudarti, mengatakan berdasarkan laporan hasil uji coba interior bus low deck secara keseluruhan atau 80 persen mendekati sempurna untuk difabel.
"Ada sedikit koreksi di bagian pleseran supaya tidak begitu njeglek untuk kursi roda," katanya.
Kemudian kapasitas kursi roda sementara baru ada satu, tapi fleksibel ketika tidak digunakan untuk kursi roda bisa dipakai untuk kursi biasa.
"Kami tidak mengusulkan untuk ditambah satu atau dua lagi, tapi yang fleksibel. Pada saat tidak dipakai untuk kursi roda, bisa dipakai untuk kursi biasa," ungkap dia.
Baca juga: Mengenal Rambu Solo, Upacara Pemakaman Adat Toraja, dari Prosesi hingga Biaya
Pihaknya juga meminta agar volume suara untuk informasi pemberhentian atau halte bagi disabilitas tuna netra sedikit dibesarkan sehingga bisa lebih terdengar.
"Running text untuk teman tuli sudah ada. Sekat atau cagak atau partisi nanti akan dilepas supaya lebih longgar untuk mobilitas kursi roda," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.