Parikan dapat diartikan sebagai pantun. Parikan terdiri dari dua bagian, pertama sampiran atau penentu suara. Fungsinya untuk menarik perhatian. Sementara bagian kedua berupa isi dari sampiran tersebut.
Parikan memiliki dua jenis. Pertama parikan tunggal yang terdiri dari dua gatra saja. Kedua parikan rangkep atau ganda yang terdiri dari empat gatra.
Baca juga: Bukan Jadi Dalang, Yuk Kenali dan Prospek Kerja Jurusan Sastra Jawa
Parikan digunakan masyarakat Jawa dalam berbagai hal seperti sebagai sindiran, ekspresi kesedihan, kontrol sosial, hingga sebagai nasihat pendidikan.
Berikut contoh parikan tunggal dan parikan jangkep:
Manuk kutut manggunge ngganter
Yen ora nurut isa keblinger
(Burung perkutut berkicau kencang / kalau tidak nurut bisa tersesat)
Omah gentheeng saponono
Cagak pilar kapuren putih
Abot entheng lakonono
Ati susah bakale pulih
(Rumah genteng sapukan / tiang pilar dicat putih // Berat ringan lakukan / hati susah bakal pulih//)
2. Wangsalan
Wangsalan merupakan rangkaian kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara simbolik. Wangsalan berisi kalimat tebak-tebakan, namun jawabannya tersandikan dalam kode-kode kata.
Wangsalan bisa berupa satu kalimat, bisa juga berupa tembang yang terdiri dari dua bait.
Baca juga: Kesaktian Kebudayaan Indonesia
Berikut beberapa contoh wangsalan:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.