Dian juga tidak membantah, Kabupaten Nunukan termasuk wilayah penghasil rumput laut yang stabil.
Dalam sebulan produksi tidak pernah putus, dan selalu mencapai 2.500 sampai 3.000 ton.
Jumlah tersebut dikirim ke sejumlah daerah, seperti Surabaya di Jawa Timur, Makassar dan Pare Pare di Sulawesi Selatan.
"Kita juga melakukan ekspor ke Korea Selatan, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Hanya sekitar tiga kontainer seberat 60 ton. Tapi asumsi uang yang dihasilkan dari sentra rumput laut Nunukan berkisar antara Rp 50 miliar per bulan," kata Dian.
Baca juga: Pengakuan ABG Kurir Narkoba di Nunukan, Tergiur Upah Rp 27 Juta untuk Foya-foya
Dian yakin, para petani rumput laut Nunukan sebenarnya bisa mendongkrak harga dan menjadikannya stabil ketika mereka tidak terburu-buru menjual hasil panen.
Jika saja para petani mau bersabar dan menentukan kadar kekeringan mencapai 37 persen, harga rumput laut Nunukan bisa melambung.
"Catatan Pemerintah Daerah hanya pada kualitas. Tapi kendala itu tentu tidak mudah mengingat mereka butuh uang cepat dan persaingan antar buyer mengakibatkan standar mutu susah tercapai bagi petani. Mereka pilih menjual cepat dan menanam cepat, supaya putaran uang juga lebih cepat," kata Dian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.