KOMPAS.com - BMKG melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) terus melakukan pemantauan perkembangan Siklon Tropis Rai yang saat ini berada di sekitar Laut China Selatan sebelah timur Vietnam dan pertumbuhan Bibit Siklon 94B yang terbentuk di Laut Andaman sebelah utara Aceh.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini, Siklon Tropis Rai saat ini berada di posisi 17,2 Lintang Utara dan 110,8 Bujur Timur (sekitar 1640 km sebelah utara timur laut Tarempa).
Kecepatan maksimum siklon tropis Rai di sekitar pusatnya mencapai 70 knot (130 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya sekitar 970 hPa.
Baca juga: Serius soal Perubahan Iklim, Jokowi Akan Ajak Pemimpin G20 ke Hutan Mangrove di Bali
Untuk periode 24 jam ke depan, Siklon Tropis Rai bergerak ke arah timur laut semakin menjauhi wilayah Indonesia dan cenderung melemah intensitasnya.
Sementara itu, bibit siklon 94B hari ini mulai terbentuk di sekitar Laut Andaman sebelah utara Aceh, tepatnya di posisi 5,2 Lintang Utara dan 94,5 Bujur Timur.
Bibi siklon tropis ini memiliki tekanan terendah di pusatnya mencapai 1.007 mb dan kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya sekitar 25 knot (46 km/jam).
"Perkembangan 24 jam ke depan, bibit siklon 94B masih cukup persisten dengan probabilitas untuk menjadi sistem siklon tropis dalam periode 24 jam ke depan masih dalam kategori rendah," tulis BMKG dalam keterangan resminya.
Siklon Tropis RAI maupun Bibit Siklon 94B tumbuh di area tanggung jawab RSMC (Regional Specialized Meteorological Centre) Tokyo, sehingga otorisasi analisis dan penamaan sistem siklonnya akan dilakukan oleh RSMC Tokyo.
Dalam periode 24 jam kedepan, Siklon Tropis RAI maupun Bibit Siklon 94B dapat berdampak secara tidak langsung terhadap kondisi cuaca sebagai berikut:
Untuk memperkuat informasi peringatan dini potensi cuaca ekstrem di level daerah, UPT BMKG wilayah Propinsi secara aktif melakukan diseminasi informasi peringatan dini potensi cuaca ekstrem dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan sistem siklon dan bibit siklon tersebut serta aktifitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya.
Baca juga: Petani di Tasikmalaya Gagas Padi Ramah Lingkungan Penangkal Iklim La Nina, Panen 3 Kali Setahun
Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, BMKG mengimbau untuk: