Dalam perkembangannya, Rosikin dan istrinya yang biasa disapa Yanik tertarik memperdayakan emak-emak di desanya untuk mencari tambahan penghasilan.
Langkah itu berangkat dari keprihatinan akibat pagebluk virus corona yang melumpuhkan perekonomian warga sekitar.
"Di awal tahun ini, saya coba-coba sendiri membuat tas kecil atau totebag dari bahan limbah kain perca. Ketika saya tunjukkan ibu-ibu ternyata responsnya positif. Nah, kemudian saya mengajak ibu-ibu untuk mengikutinya," ungkap Yanik.
Semangat mayoritas ibu-ibu buruh tani Desa Ngoto untuk bangkit di tengah pandemi Covid-19 patut diapresiasi.
Baca juga: Tutup Selama PPKM, Ini Cara Lembang Park and Zoo Bertahan di Tengah Pandemi
Atas motivasi Rosikin dan Yanik, mereka pun mulai bergairah untuk belajar mengkreasikan limbah kain perca menjadi benda bernilai ekonomis.
Selain belajar otodidak, mereka juga memperkaya wawasan dengan berselancar di internet melalui tuntunan anak-anaknya yang berstatus pelajar.
"Saya hanya kasih contoh bikin totebag, tapi alhamdulillah di luar dugaan ibu-ibu justru bisa berkembang hingga menghasilkan dompet, bed cover, seprai, bantal, guling, kasur," ungkap Yanik.
Berkat kreativitas serta semangat puluhan ibu-ibu Desa Ngroto untuk mengubah strata hidup, kini hampir satu tahun roda perekonomian mulai tertata dengan baik.
Setidaknya, mereka sudah bisa membantu suami tercinta untuk menyokong kebutuhan hidup sehari-hari.
"Limbah kain perca pilihan dibeli Rp 10.000 per kilogram. Itu harga khusus untuk warga sini. Untuk istri saya kini sudah tidak membuat totebag lagi, biar warga saja yang berkreasi. Ayo bersama-sama berkarya halal dan menghasilkan. Insya Allah ada jalan jika berusaha keras," pungkas Rosikin.
Baca juga: Mi Kristal Rumput Laut Kreasi Warga Karawang Makin Diminati, Cocok untuk Diet Rendah Karbohidrat
Lutfiah Ariyanti (36) salah satu warga Desa Ngroto yang terhitung cukup sukses banting tulang membuat tas, seprai, dan kasur lantai dari limbah kain perca.
Ibu dua anak yang semula hanya memanfaatkan mesin jahit tua, dalam kurun sebulan sudah mampu membeli mesin jahit model terbaru seharga Rp 2 jutaan.
Bahkan dari usaha yang digelutinya selama 8 bulan ini, dia sudah mempekerjakan 6 orang tetangganya untuk ikut membantunya berkarya di rumah.