Pelatihan selama lebih kurang satu bulan pada awal 2012 lalu oleh tim Kraviti—usaha kain perca yang digagas Titin Agustina—membuahkan hasil.
Sejauh ini tujuh tahanan yang mengikuti pelatihan telah memproduksi sejumlah kerajinan, termasuk dompet, tempat telepon seluler, taplak meja, hingga kain perca.
Karya warga binaan ini dijual melalui online serta berbagai pameran yang diikuti Kraviti dengan hasil premi yang dimasukkan ke buku tabungan mereka.
Titin mengatakan, usaha kain perca dengan melilbatkan tahanan di Lapas Kelas II A Bandung ini bermula dari keprihatinannya mendengar banyak tahanan yang masuk penjara lagi karena tidak memiliki keterampilan dan penghasilan.
Ratna Meldia dan Noneng Siti Kuraesin termasuk di antara binaan yang sudah mahir mengerjakan produk dari perca batik ini.
Ratna menyambung perca batik ini dengan mengobras untuk dijadikan kain perca sepanjang dua meter, yang dapat dibuat menjadi baju atau rok.
Menabung
"Mengobras untuk dijadikan kain perca memerlukan keterampilan dan ketelitian. Ratna yang paling terampil untuk melakukannya," kata Titin.
"Produk ini memang memerlukan keahlian khusus sehingga mereka yang berminat beli memang tertarik bukan karena kasihan kepada tahanan," tambah Titin.
Sementara yang dihasilkan Noneng adalah taplak meja yang dijahit dengan perca ukuran 4 x 4 sentimeter.
"Perca-perca ini kami kirimkan dalam bentuk kantong-kantong dan sudah dikelompokkan berdasarkan warna dan juga rancangannya sehingga warga binaan tinggal mengikuti pola," kata Yufie Kartaatmadja, desainer produk Kraviti.
Rosnaida, Kepala Lapas Wanita Kelas II A Bandung, mengatakan, latihan keterampilan yang diikuti para tahanan sangat membantu untuk menghabiskan waktu dan juga bekal saat dibebaskan.
Penghasilan dari penjara