Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Produk Limbah Kain Perca Kreasi Warga Grobogan di Tengah Pagebluk

Kompas.com - 17/12/2021, 11:53 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Di tengah kesulitan finansial dampak pandemi Covid-19, warga Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, perlahan menjelma menjadi kampung mandiri.

Nyaris tujuh bulan ini, sekitar 90 keluarga sudah tidak lagi hanya berpangku tangan atau menggantungkan hidup semata sebagai buruh tani.

Mereka mulai berajang inovatif dengan menggagas industri rumahan kecil yang mengkreasikan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual tinggi.

Bermodalkan mesin jahit, sampah industri berupa kain sisa-sisa guntingan disulap menjadi dompet, tas, bed cover, seprai, sarung bantal, guling, kasur dan sebagainya.

Baca juga: Digelar secara Daring, Ngayogjazz 2021 Jadi Ruang Ekspresi Musisi Jazz di Tengah Pandemi

Hasil karya ibu-ibu Dusun Ngroto pun tak kalah berkualitas jika diadu di pasaran. Produknya sedap dipandang mata, rapi, apik nan menarik.

Produk mereka saat ini tercatat laris manis di wilayah Kabupaten Grobogan, pun demikian juga beranjak merambah ke pasar lokal Jateng.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Ngroto, Rosikin (50), merupakan sosok yang mempelopori keberhasilan usaha kecil puluhan tetangganya itu.

Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.

Pak Haji Gendut, sapaannya, awalnya beserta istrinya Yanik Ismawati (45) sebatas menggeluti bisnis penjualan limbah kain perca selama tiga tahun terakhir.

Dalam sepekan Rosikin belanja berton-ton limbah kain perca dari dua industri garmen terbesar di wilayah Grobogan.

Baca juga: Bisnis Jamu Buat Musisi Asal Magelang Bertahan di Tengah Pandemi

Limbah kain perca yang ditampung di pekarangan rumahnya yang luas tersebut kemudian dikelompokkan menjadi sejumlah item. 

Rosikin pun mempekerjakan puluhan tetangganya untuk memilah-mlilah tumpukan limbah kain perca tersebut. Beda item, beda karung.

"Pelanggan saya dari Solo, Semarang dan Salatiga. Sisa limbah kain yang tidak laku dijual, dibeli pabrik gula di Kudus dan pabrik penyulingan cengkeh di Salatiga untuk dijadikan bahan bakar," kata Rosikin saat ditemui Kompas.com, Jumat (17/12/2021) pagi.

Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.
Dalam perkembangannya, Rosikin dan istrinya yang biasa disapa Yanik tertarik memperdayakan emak-emak di desanya untuk mencari tambahan penghasilan.

Langkah itu berangkat dari keprihatinan akibat pagebluk virus corona yang melumpuhkan perekonomian warga sekitar.

"Di awal tahun ini, saya coba-coba sendiri membuat tas kecil atau totebag dari bahan limbah kain perca. Ketika saya tunjukkan ibu-ibu ternyata responsnya positif. Nah, kemudian saya mengajak ibu-ibu untuk mengikutinya," ungkap Yanik.

Semangat mayoritas ibu-ibu buruh tani Desa Ngoto untuk bangkit di tengah pandemi Covid-19 patut diapresiasi. 

Baca juga: Tutup Selama PPKM, Ini Cara Lembang Park and Zoo Bertahan di Tengah Pandemi

Atas motivasi Rosikin dan Yanik, mereka pun mulai bergairah untuk belajar mengkreasikan limbah kain perca menjadi benda bernilai ekonomis.

Selain belajar otodidak, mereka juga memperkaya wawasan dengan berselancar di internet melalui tuntunan anak-anaknya yang berstatus pelajar.

"Saya hanya kasih contoh bikin totebag, tapi alhamdulillah di luar dugaan ibu-ibu justru bisa berkembang hingga menghasilkan dompet, bed cover, seprai, bantal, guling, kasur," ungkap Yanik.

Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.

Berkat kreativitas serta semangat puluhan ibu-ibu Desa Ngroto untuk mengubah strata hidup, kini hampir satu tahun roda perekonomian mulai tertata dengan baik.

Setidaknya, mereka sudah bisa membantu suami tercinta untuk menyokong kebutuhan hidup sehari-hari.

"Limbah kain perca pilihan dibeli Rp 10.000 per kilogram. Itu harga khusus untuk warga sini. Untuk istri saya kini sudah tidak membuat totebag lagi, biar warga saja yang berkreasi. Ayo bersama-sama berkarya halal dan menghasilkan. Insya Allah ada jalan jika berusaha keras," pungkas Rosikin.

Baca juga: Mi Kristal Rumput Laut Kreasi Warga Karawang Makin Diminati, Cocok untuk Diet Rendah Karbohidrat

Lutfiah Ariyanti (36) salah satu warga Desa Ngroto yang terhitung cukup sukses  banting tulang membuat tas, seprai, dan kasur lantai dari limbah kain perca.

Ibu dua anak yang semula hanya memanfaatkan mesin jahit tua, dalam kurun sebulan sudah mampu membeli mesin jahit model terbaru seharga Rp 2 jutaan.

Bahkan dari usaha yang digelutinya selama 8 bulan ini, dia sudah mempekerjakan 6 orang tetangganya untuk ikut membantunya berkarya di rumah.

Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO Suasana pemanfaatan limbah kain perca menjadi barang bernilai jual di Desa Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021) pagi.
Untuk pemasaran produk sementara masih manual dititip-titipkan ke toko dan menunggu pesanan dari mulut ke mulut.

Lutfiyah juga masih mencoba belajar penjualan melalui media sosial.

"Sudah ada empat mesin jahit baru. Alhamdulilah bisa membantu suami dan menyekolahkan anak ke pondok pesantren. Sebulan bisa menjual 100 produk bermacam-macam," kata Lutfiyah.

Baca juga: Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Pelajar di Banyumas Ikuti Lomba Kreasi Mendoan

Lain halnya keberhasilan Lutfiyah, berbeda kisah juga dari Aisyah (43) dan Suminah (35), ibu-ibu warga Desa Ngroto lainnya. 

Meski belum semulus bisnis Lutfiyah, keduanya yang berjibaku sendiri mengaku sudah bisa mengantongi penghasilan tambahan untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

Saat ini ibu-ibu Desa Ngroto hanya berharap usaha rumahan rintisan mereka sudi dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Grobogan.

Paling tidak ada bantuan suntikan modal, pelatihan keterampilan dan support pemasaran.

"Alhamdulillah meski sedikit bisa bantu suami. Untuk mesin jahit masih model lama, belum bisa beli baru karena untuk kebutuhan lain," kata Aisyah, ibu empat anak ini.

"Semoga saja ada bantuan dari pemerintah untuk usaha kecil-kecilan ini. Persoalannya kurang perhatian pemerintah. Ya mungkin saja karena masih usaha rintisan," sambung Suminah.

Baca juga: Bus Trans Jateng Koridor Semarang-Grobogan Diluncurkan, Miliki 51 Titik Pemberhentian

Produk rumahan ibu-ibu Desa Ngroto berbahan dasar limbah kain perca dibanderol dengan harga bervariasi tergantung ukuran, tingkat kerumitan dan pesanan.

Di antaranya yakni dompet Rp 15.000, tas atau totebag Rp 30.000 sampai Rp 60.000, bed cover Rp 70.000 sampai Rp 180.000, sarung bantal atau guling Rp 15.000, kasur lantai Rp 150.000 sampai Rp 400.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Regional
Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com