KOMPAS.com - Pekan lalu menjadi momen yang paling menjungkirbalikkan Bu Harsi, seorang pedagang tengkleng di Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Betapa tidak, hidupnya laksana roller coaster, setelah ada pembeli yang menuduhnya ngepruk (memukul) harga mahal.
Dampaknya begitu besar. Selama beberapa hari jualan tengklengnya sepi. Menyebabkan dia harus mengurangi jualannya.
Baca juga: Tangis Harsi Setelah Tengkleng Jualannya Viral karena Dianggap Mahal
Namun setelah viral dan melakukan pembenahan, secercah hasil manis muncul dengan warung tengklengnya kembali ramai.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut kronologi warung tengkleng Bu Harsi yang viral di kawasan Solo Baru.
Warungnya yang berlokasi di Grogol, Sukoharjo tersebut mulai disorot setelah seorang pembeli meninggalkan komentar di Google Review.
Dalam tulisannya, si pembeli mengeluhkan dia dan istrinya harus membayar Rp 150.000 untuk dua porsi, nasi, dan minuman.
Padahal, dalam daftar menu yang tertera di spanduknya, seporsi kecil dihargai Rp 15.000, sementara yang besar Rp 30.000.
Baca juga: Tengkleng Bu Harsi Solo Viral karena Dianggap Mahal, Pembeli Mengaku Bayar Rp 150.000 untuk 2 Porsi
Selain mengeluh harganya yang dianggap ngepruk (mahal), si pembeli juga mengungkapkan Bu Harsi menjual dengan cara yang dianggap tidak higienis.
Harsi, yang awalnya membuka warung bersama suaminya, mengaku dia baru tahu warungnya viral setelah beberapa hari sepi pembeli.
Perempuan berusia sekitar 60 tahun tersebut membantah jika dia dianggap sengaja memberikan harga mahal kepada pengunjung.
Harsi menuturkan berdasarkan pengakuannya, si pembeli dan istrinya ternyata meminta porsi tengkleng lengkap.
Harsi berkata, untuk porsi komplet, terdiri dari, pipi dua, telinga dua, lidah dan otak, dia menjualnya seharga Rp 150.000..
"Pembeli yang membeli sedikit saya layani. Misalnya beli Rp 15.000, Rp 10.000 yang balungan saya layani. Jadi mintanya berapa saya layani," sambung Harsi.
Baca juga: Disebut Jual Tengkleng Terlalu Mahal, Harsi Mengaku Tak Buat Daftar Harga karena Tak Bisa Baca Tulis
Usut punya usut, Bu Harsi dianggap tidak mencantumkan harga yang sebenarnya di spanduk, membuat pembeli mengeluhkannya di Google.