Salin Artikel

Roller Coaster Tengkleng Bu Harsi: Sempat Terpuruk, Kini Ramai Setelah Berbenah

Betapa tidak, hidupnya laksana roller coaster, setelah ada pembeli yang menuduhnya ngepruk (memukul) harga mahal.

Dampaknya begitu besar. Selama beberapa hari jualan tengklengnya sepi. Menyebabkan dia harus mengurangi jualannya.

Namun setelah viral dan melakukan pembenahan, secercah hasil manis muncul dengan warung tengklengnya kembali ramai.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut kronologi warung tengkleng Bu Harsi yang viral di kawasan Solo Baru.

1. Berawal dari Rp 150.000

Warungnya yang berlokasi di Grogol, Sukoharjo tersebut mulai disorot setelah seorang pembeli meninggalkan komentar di Google Review.

Dalam tulisannya, si pembeli mengeluhkan dia dan istrinya harus membayar Rp 150.000 untuk dua porsi, nasi, dan minuman.

Padahal, dalam daftar menu yang tertera di spanduknya, seporsi kecil dihargai Rp 15.000, sementara yang besar Rp 30.000.

Selain mengeluh harganya yang dianggap ngepruk (mahal), si pembeli juga mengungkapkan Bu Harsi menjual dengan cara yang dianggap tidak higienis.

Harsi, yang awalnya membuka warung bersama suaminya, mengaku dia baru tahu warungnya viral setelah beberapa hari sepi pembeli.

2. Beri klarifikasi

Perempuan berusia sekitar 60 tahun tersebut membantah jika dia dianggap sengaja memberikan harga mahal kepada pengunjung.

Harsi menuturkan berdasarkan pengakuannya, si pembeli dan istrinya ternyata meminta porsi tengkleng lengkap.

Harsi berkata, untuk porsi komplet, terdiri dari, pipi dua, telinga dua, lidah dan otak, dia menjualnya seharga Rp 150.000..

"Pembeli yang membeli sedikit saya layani. Misalnya beli Rp 15.000, Rp 10.000 yang balungan saya layani. Jadi mintanya berapa saya layani," sambung Harsi.

3. Ini penyebab harganya dianggap mahal

Usut punya usut, Bu Harsi dianggap tidak mencantumkan harga yang sebenarnya di spanduk, membuat pembeli mengeluhkannya di Google.

Dia baru menyebutkan harganya setelah pembeli selesai makan dan hendak membayar, menyebabkan warungnya dituding tidak jujur..

Warga Ngasinan, Sukoharjo tersebut mengatakan dia tidak menjabarkan daftar harganya karena tak bisa baca tulis.

"Saya gak pernah sekolah. Saya tidak bisa baca tulis, sehingga saya tidak bisa membuat daftar menu," ujar dia.

4. Warungnya sepi, jualannya terpaksa dikurangi

Dampak dari "kesalahan" itu sangatlah besar. Selama beberapa hari Harsi mengaku dia mendapati jualan tengklengnya sepi.

Dampaknya, dia terpaksa mengurangi porsi tengklengnya karena takut tidak laku. ""Biasanya dulu masih ramai sehari bisa bikin tengkleng sampai 5 kilogram. Sekarang sepi saya bikin 2 kilogram,"

Selama dua dekade berjualan, dia mengaku baru kali ini ada yang mempermasalahkan harganya, bahkan membawanya ke dunia maya.

Dia menuturkan untung berjualan tengkleng tidak banyak, yang dia pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Untung sedikit saya buat beli beras, bumbu-bumbu. Saya di rumah sendiri. Anak-anak sudah hidup sendiri-sendiri," kata Harsi.

5. Mulai bangkit, kini kembali ramai

Merespons viralnya jualan Harsi itu, pemerintah hingga paguyuban pedagang berbondong-bondong mengulurkan bantuan.

Seperti pada Jumat (10/12/2021), Polsek Grogol, Camat Grogol, dan Paguyuban Pedagang Kaki Lima Setia Kawan Solo Baru mendatangi warung tengkleng Harsi.

Mereka membawakan spanduk, celemek, sarung tangan plastik, dan jilban. Spanduk tersebut mereka pasang menggantikan yang lama.

Paguyuban membantu dengan melengkapi daftar harga menu, sehingga pembeli tidak perlu takut jika dikepruk harga yang mahal.

Pembenahan itu membuahkan hasil. Kepada Kompas.com saat menemuinya Senin (13/12/2021), dia mengaku usahanya kembali ramai.

"Lumayan. Sudah mulai ramai lagi. Kemarin jam 2 sudah habis," ungkapnya. Dia berjualan mulai pukul 07.00-15.00 WIB.

Bu Harsi menjelaskan, para pembelinya tidak hanya berasal dari Sukoharjo. Tetapi juga dari luar daerah seperti Semarang.

Seperti Diana (34), yang berujar dia datang ke warung tengkleng Bu Harsi karena penasaran setelah viral di media sosial.

Diana menyatakan, untuk harga relatif murah untuk Pedagang Kaki Lima (PKL), rasanya juga enak sehingga dia membungkus satu untuk rumahnya.

"Rasanya enak dan harganya relatif murah. Ini bungkus juga buat anak di rumah," ungkap Diana.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo Labib Zamani, Robertus Belarminus, Teuku Muhammad Valdy Arief, Michael Hangga Wismabrata, David Oliver Purba, Rachmawati), Tribun Solo

https://regional.kompas.com/read/2021/12/15/165418378/roller-coaster-tengkleng-bu-harsi-sempat-terpuruk-kini-ramai-setelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke