Perjumpaan terakhir Mahriyeh dengan Miran terjadi pada Sabtu pagi. Kala itu, Mahriyeh mengantarkan bekal makan untuk suaminya di ladang.
Miran harus menjaga ladang dari serbuan kawanan monyet.
Ia bahkan menginap di sana lantaran padi milik kakek dan nenek itu sudah menguning. Beberapa hari lagi, padi-padi tersebut akan dipanen.
Baca juga: Fida, Bocah yang Lari Kencang Saat Gunung Semeru Meletus Ditemukan Selamat
Mahriyeh sebenarnya sudah meminta Miran untuk pulang karena takut terjadi banjir lahar dingin seandainya turun hujan lebat. Namun, Miran menolak pulang.
Itu ternyata menjadi pertemuan terakhir mereka.
Usai awan panas guguran Gunung Semeru menerjang tempat tinggalnya di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Mahriyeh bersama 19 kerabat dan anak-cucunya mengungsi ke rumah Trisna Syafii, salah satu keluarganya.
Sudah lima hari, Mahriyeh berada di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Menantu Mahriyeh, Wagiman (60), menuturkan, ketika berada di pengungsian, ia sudah memberitahukan titik lokasi ladang Miran kepada tim pencari.
Namun, hingga kini belum ada kabar soal Miran.
Dikatakan Wagiman, ladang tersebut tertimbun pasir hingga puluhan meter. Hal ini menyulitkan upaya pencarian Miran.
"Karena ladang itu letaknya agak di bawah, berimpitan dengan aliran lahar namun di belakangnya terdapat tebing. Jadi pasir lahar menumpuk di situ," terangnya.
Baca juga: Cerita Bayu, Korban Erupsi Gunung Semeru Dapat Jaket dari Jokowi, Rumah Rusak Disapu Awan Panas
Wagiman dan keluarga berharap supaya Miran bisa segera ditemukan.
"Kami di sini hanya dapat berdoa semoga Bapak (Miran) segera ditemukan. Kasihan Emak (Mahriyeh)," tuturnya.
Sumber: Kompas.com (Kontributor Blitar, Asip Agus Hasani | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.