Salin Artikel

Lebih dari Setengah Abad Bersama, Mahriyeh dan Miran Dipisahkan Bencana Semeru

KOMPAS.com - Mahriyeh (70) terlihat lemah. Ia lalu membaringkan tubuh ke kasur yang berada di ruang tamu rumah kerabatnya 

Salah satu cucu Mahriyeh, Lailatul Jannah (22), mengatakan bahwa kondisi kesehatan neneknya menurun sejak beberapa pekan terakhir karena sesak napas.

Nafsu makannya pun rendah.

Ditambah lagi duka yang menggelayuti Mahriyeh, membuat kondisi kesehatannya tak kunjung membaik.

"Namanya juga kehilangan suami. Apalagi emak (Mahriyeh) dan Embah (Miran) selama ini selalu berdua," ujar Laila, Sabtu (11/12/2021) di Blitar.

Sepekan sejak awan panas guguran Gunung Semeru menerjang pada Sabtu (4/12/2021), keberadaan suami Mahriyeh, Miran (80), hingga kini belum ditemukan.

Menurut Mahriyeh, harapan suaminya selamat sangat tipis. Pasalnya, suaminya tak lagi mampu berlari.

Selain itu, lokasi ladang padi yang ditunggui Miran berimpitan dengan aliran lahar Gunung Semeru saat bencana terjadi.

Kini, Mahriyeh hanya ingin suami yang menemaninya selama lebih dari setengah abad itu bisa ditemukan.

"Pingin apalagi? Pingin suami segera ditemukan, didoakan, dan dikuburkan dengan layak," ucapnya.

Perjumpaan terakhir Mahriyeh dengan Miran terjadi pada Sabtu pagi. Kala itu, Mahriyeh mengantarkan bekal makan untuk suaminya di ladang.

Miran harus menjaga ladang dari serbuan kawanan monyet.

Ia bahkan menginap di sana lantaran padi milik kakek dan nenek itu sudah menguning. Beberapa hari lagi, padi-padi tersebut akan dipanen.

Mahriyeh sebenarnya sudah meminta Miran untuk pulang karena takut terjadi banjir lahar dingin seandainya turun hujan lebat. Namun, Miran menolak pulang.

Itu ternyata menjadi pertemuan terakhir mereka.

Usai awan panas guguran Gunung Semeru menerjang tempat tinggalnya di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Mahriyeh bersama 19 kerabat dan anak-cucunya mengungsi ke rumah Trisna Syafii, salah satu keluarganya.

Sudah lima hari, Mahriyeh berada di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Menantu Mahriyeh, Wagiman (60), menuturkan, ketika berada di pengungsian, ia sudah memberitahukan titik lokasi ladang Miran kepada tim pencari.

Namun, hingga kini belum ada kabar soal Miran.

Dikatakan Wagiman, ladang tersebut tertimbun pasir hingga puluhan meter. Hal ini menyulitkan upaya pencarian Miran.

"Karena ladang itu letaknya agak di bawah, berimpitan dengan aliran lahar namun di belakangnya terdapat tebing. Jadi pasir lahar menumpuk di situ," terangnya.

Wagiman dan keluarga berharap supaya Miran bisa segera ditemukan.

"Kami di sini hanya dapat berdoa semoga Bapak (Miran) segera ditemukan. Kasihan Emak (Mahriyeh)," tuturnya.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Blitar, Asip Agus Hasani | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/12/11/175643178/lebih-dari-setengah-abad-bersama-mahriyeh-dan-miran-dipisahkan-bencana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke