BANDUNG, KOMPAS.com - Presiden Indonesia yang nantinya terpilih dalam ajang Pilpres 2024 menggantikan Joko Widodo atau Jokowi, diharapkan bisa lebih memperhatikan diaspora Indonesia di luar negeri.
Berdasarkan data dari Indonesian Diaspora Network Global (IDN-G), sekitar 8 juta orang Diaspora Indonesia baik WNI maupun WNA tersebar di seluruh negara di dunia.
Baca juga: Tak Bisa Mudik, Ribuan Diaspora di Jerman hingga AS Berbagi Kerinduan Secara Online
Peneliti Pusat Riset Politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ganewati Wuryandari mengungkapkan, pada tahun 2024 mendatang Isu tentang perhatian negara terhadap diaspora Indonesia bisa sangat menentukan dalam pemilu.
"Siapapun yang gantikan Jokowi, seharusnya bisa tetap prioritaskan diaspora ini," kata Ganewati di Crown Plaza Hotel, Jalan Lembong, Kota Bandung, Selasa (7/12/2021).
Baca juga: Ingin Bekerja di Lembaga Internasional? Simak Tips dan Kiatnya dari Para Diaspora Berikut Ini
Lebih lanjut Ganewati menjelaskan, diaspora Indonesia yang tersebar di luar negeri memiliki banyak potensi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu negara.
Diaspora punya pengetahuan dan jejaring yang bisa dimanfaatkan
Pasalnya, para diaspora rata-rata memiliki pengalaman bekerja, penguasaan ilmu pengetahuan maupun teknologi, hingga jejaring di luar negeri yang bisa dimanfaatkan negara untuk membantu pembangunan.
Agar perhatian terhadap diaspora Indonesia bisa lebih maksimal di masa kepemimpinan presiden berikutnya, Ganewati mengatakan perlu banyak wadah dan organisasi yang bisa memfasilitasi diaspora Indonesia.
Seperti yang dilakukan oleh lembaga pembangunan yang berbasis di Jerman, Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia.
Para anggota delegasinya di Indonesia meluncurkan Collective Leadership Specialist Indonesia (CLSI) yang bertujuan menjadi platform nasional agar dapat memfasilitasi dialog serta kemitraan yang berkelanjutan, guna memecahkan tantangan seputar diaspora dan migrasi, juga memberdayakan komunitas diaspora Indonesia.
"Keberadaan CLSI bisa menjadi motor kelompok kepentingan dalam mengetuk pemerintah jika melupakan diaspora," ungkapnya.
India, Filipina, China sukses optimasi diaspora
Di tempat yang sama, Team Leader Program Migrasi dan Diaspora GIZ Indonesia Mahkdonal Anwar mengatakan, Indonesia sedang mengarah pada pemanfaatan potensi dari diaspora Indonesia di seluruh dunia demi mengakselerasi pembangunan negara.
"Indonesia menjadi negara yang memiliki diaspora terbesar di dunia, sehingga sudah saatnya ruang diskusi dan juga ruang partisipasi para diaspora di Indonesia dibuka lebar," tutur Donal, sapaan akrab Mahkdonal Anwar.
Donal mengaku sejak tahun 90-an, para diaspora Indonesia ingin terlibat dalam pembangunan negara. Hanya saja, baru 2012 ini seluk beluk diaspora menjadi perhatian.
"Di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo ini diaspora menjadi fokus perhatian," jelas Donal.
Di Asia, lanjut Donal, ada sejumlah negara yang sukses mengoptimasi para diaspora dalam pembangunan negaranya yakni India, Filipina dan China. Dengan demikian, Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengoptimalkan diaspora.
"Di tiga negara itu ada lembaga setingkat kementerian yang fokus terhadap diaspora, di kita belum ada tapi kita bisa menjalankan sistemnya," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.